Humaniora

Tombak Kiai Ageng Pleret Dari Intip Dewi Rasawulan Mandi?

Mitos memang bisa membawa apa saja sesuai dengan keinginan yang percaya. Begitu juga dengan Tombak Kanjeng Kai Ageng Pleret ini. Yang unik adalah kepercayaan, bahwa tombak ini berasal dari kemaluan Syekh Maulana Magribi.

Kisah ini mirip dengan legenda Jaka Tarub. Mengintip bidadari mandi. Mengambil pakaian dan selendangnya. Dan bidadari itu dijadikan istri untuk memberinya keturunan, sebelum kembali mengangkasa untuk menuju surga.

Juga ada beberapa legenda lain yang menyisip ke dalam mitos ini. Tapi memang begitulah dalam banyak mitos, babad atau serat yang ada.

Dalam mitos Tombak Kiai Pleret ini bermula dari pengelanaan seorang mubaligh yang bernama Syekh Maulana Magribi. Dia masuk hutan belantara yang berada di wilayah Jawa Tengah.

Ketika capek, maka Syekh Maulana Magribi beristirahat di tepi sebuah danau. Rindang pohon membuatnya terkantuk. Dan tak lama kemudian mubalig itu lelap dalam mimpi.

Antara sadar dan tidak, Syekh Maulana Magribi mendengar kecopak air. Ketika matanya terbuka, dilihatnya pemandangan indah. Gadis cantik berkulit mulus, berenang di danau dalam keadaan telanjang. Gadis ini adalah Dewi Rasawulan.

Dalam mitos tombak Kiai Pleret memang tidak ada penjelasan siapa dia. Tapi dalam cerita Jaka Tarub, gadis ini adalah bidadari yang sedang mandi. Tidak sendiri, tetapi sembilan bidadari.

Dewi Rasawulan yang akhirnya sadar sudah lama diintip, akhirnya marah. Kemarahan itu semakin tak tertahan, karena tiba-tiba perutnya membuncit. Dewi Rasawulan hamil.

Maka dewi ini menutupi tubuhnya. Dia menghampiri sang mubalig. Dengan geram tangannya mengarah pada bagian sensitif laki-laki ini. Membetot bagian itu. Dan tiba-tiba, penis itu berubah menjadi tombak, yang kelak dinamai tombak Kiai Ageng Pleret.

Tidak diceritakan bagaimana dengan Syekh Maulana setelah itu. Mitos lebih fokus pada Dewi Rasawulan. Dia akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Kidang Telangkas yang kelak mewarisi tombak itu.

Dan kelak memiliki keturunan dari Getas Pendawa, Ki Ageng Nis, Ki Ageng Pemanahan, Sunan Seda Krapyak, Sultan Agung Anyokrokusumo, Sunan Seda Tegalarum, Pangeran Puger (Prabu Mangkurat) di Kartasura yang akhirnya mengantarkan tombak keramat ini ke tangan Sri Sultan Hamengkubuono I. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar