Humaniora

Kumbhamela, Ritus Suci di Pertemuan Sungai Gangga dan Sungai Yamuna

Peristiwa ini terjadi di tahun 2001. Sudah tujuhbelas tahun lalu. Tapi banyak keunikan yang terjadi dalam ritus mandi suci itu tetap membekas. Ini catatan tentang riual Kumbhamela itu.

Bagi umat Hindu sedunia, Hari Minggu (14/01/01) beberapa tahun lalu itu adalah hari istimewa. Hari itu telah ditunggu selama 12 tahun. Mereka ingin, di pertemuan Sungai Gangga dan Sungai Yamuna itu mereka bersuci, mandi secara massal. Sebab mereka meyakini, titik pertemuan kedua sungai ini memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.

Ini adalah festival terbesar di awal milenium ketiga. Angin dingin yang bertiup mulai seminggu lalu di sekitar Allahabad (sekarang namanya berganti Chennai) tak meredam keinginan sekitar delapan juta umat Hindu.

Mereka berdesakan memadati tepi sungai hingga ke tengah. Yang saking massalnya, perayaan ini terbagi menjadi tiga penyelenggaraan: Minggu (15/01/01), Rabu (24/01/01) dan Senin (29/01/01).

Gelombang manusia terbesar terjadi pada tanggal 24 Januari 2001. Meski terjadi penurunan jumlah pengunjung dibandingkan penyelenggaraan sebelumnya (tahun 1977 mencapai 13 juta dan 1989 mencapai 18 juta), tetapi festival Kumbha Mela selalu mengundang decak kagum.

Festival yang diliput oleh berbagai stasiun TV dan media seantero dunia ini memang unik. Berbagai pemandangan dan peristiwa terjadi di sana. Mulai dari yang paling religius hingga tindak kriminal dan terorisme.

Suasana khidmat Kumbha Mela ni memang kembali tercemar. Gangguan ini berasal dari tiga orang teroris yang sempat mengacaukan keamanan di sekitar Sungai Gangga. Ketiga orang ini diringkus petugas kepolisian setempat ketika melakukan pengacauan di desa sekitar festival.

Meski belum banyak tindak kriminal yang dilakukan mereka, namun pihak kepolisian mengakui mereka berasal dari kelompok teroris yang memang ingin mengacaukan penyelenggaraan ritual Kumbha Mela 2001.

Anehnya, SSP Pramod Triwari, salah seorang petugas kepolisian menyangkal skandal itu. Sedang DIG Garg sang atasan membenarkan kejadian tersebut. Tampaknya memang ada usaha untuk menutupi, setidaknya untuk mengurangi daftar panjang skandal yang kerap mewarnai festival suci ini.

Sehari sebelumnya, para peziarah sempat dikejutkan oleh tragedi kebakaran yang terjadi pada sebuah rumah penampungan kaum papa. Sekitar 500 penghuni berlarian panik, menyelamatkan keluarga dan barang masing-masing.

Tragedi ini menewaskan seorang korban dan membawa keributan cukup besar. Kebakaran semacam ini bukan kali pertama. Cuaca dingin menyebabkan pemakaian api menjadi lepas kendali.

Meski pengamanan dan tindakan antisipasi telah dilakukan, selalu saja petugas keamanan dan kepolisian kecolongan. Itu bukan sepenuhnya kelengahan mereka. Menjaga ketertiban jutaan manusia memang bukan pekerjaan mudah. Apalagi jika di antara mereka lebih mengutamakan pengorbanan diri ketimbang keselamatannya.

Itu karena mereka berkeyakinan, seluruh pengorbanan yang terjadi pada ritual ini bernilai sangat tinggi. Untuk itu tak sedikit yang sengaja mengorbankan nyawa. Tercatat, di tahun 1954 sebanyak 500 peziarah tewas akibat massa yang tak terkendali.

Insiden ini menyulut isu internasional. Beberapa negara penyokong hak asasi manusia bersuara. Mereka mendesak pemerintah India segera mengambil tindakan pencegahan. Mereka merasa harus mencegah melayangnya nyawa sia-sia.

Namun para pejuang hak asasi dari Barat ini akan tercengang jika mengetahui bahwa bagi umat Hindu, mati dalam ritual ini adalah dambaan, keinginan.

Penebusan Dosa

Festival Kumbha Mela 2001 yang diadakan di Allahabad ini telah ditunggu-tunggu oleh umat Hindu sedunia. Meski empat tahun sekali Kumbha Mela diadakan secara bergiliran di empat kota : Allahabad, Hardiwar, Ujjain, dan Nasik. Namun penyelenggaraan di Allahabad yang paling dinanti. Ini terkait dengan asal-usul ritual mandi massal itu.

Konon, keempat kota itu adalah tempat jatuhnya tetesan air keabadian yang dimenangkan para dewa. Allahabad adalah tempat istirahat burung garuda yang bertugas membawa air keabadian itu, sehingga memiliki keistimewaan dibanding ketiga kota lainnya. Allahabad juga diyakini memiliki kekuatan spiritual terbesar.

Tema yang paling menonjol dalam setiap Kumbha Mela adalah penebusan dosa. Setiap orang yang merasa melakukan dosa atau kesalahan wajib menebusnya. Kumbha Mela adalah salah satu cara yang paling banyak dilakukan.

Namun berendam saja ternyata tak cukup bagi mereka. Itu karena umat Hindu juga terbagi dalam banyak sekte dan aliran. Maka penebusan dosa ini menjadi beragam dan menarik untuk diikuti.

Pada Kumbha Mela 2001 paling banyak dijumpai sadhu atau orang suci yang berdiri dengan cara aneh. Misalkan dengan satu kaki atau mengangkat satu tangan.

Sedangkan di tengah Sungai Gangga tampak banyak sadhu yang mengangkat tengkorak manusia sambil menengadah. Bahkan tak jarang seorang ibu mencelupkan anaknya yang masih orok ke dalam air Gangga yang keruh.

Meski si bayi menangis menjerit-jerit, sang ibu tak bergeming. Dia tetap merendam bayinya karena itulah salah satu penebusan dosa dalam aliran atau keyakinannya.

Yang paling sulit diterima ialah para sadhu yang melakukan ritual mandi suci ini dalam keadaan telanjang bulat. Tak seorang pun, termasuk pihak keamanan mampu menghentikan aksi penebusan dosa khas mereka itu. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar