Lingkungan

Belitong : Mozaik Unik Ukiran Gunung Krakatau

Memasuki Belitung (laval setempat Belitong) seperti berkunjung ke dunia lain. Batuan sebesar bukit berserakan dimana-mana. Batuan itu terserak di darat membentuk perbukitan yang menjadi hutan batu.

Sedang yang berada di pantai dan laut, batuan itu dibiarkan seperti pahatan yang indah. Tumpang-tindih tertata alami, yang melahirkan kekaguman, dan mengajak siapa saja yang melihatnya untuk menoleh ke belakang. Darimana ya batu-batu itu berasal?

Ada sinyalemen, batu-batu itu adalah ‘ukiran’ Gunung Krakatau. Gunung itu meletus hebat di tahun 1883. Dalam catatan Wikipedia, pada tanggal 26 Agustus 1883 gunung ini meletus meruntuhkan kalderanya. Dan disusul hari berikutnya (27 Agustus 1883) yang melenyapkan sebagian besar pulau-pulau yang ada di sekelilingnya akibat tsunami.

Krakatau dianggap sebagai gunung berapi yang paling merusak di dunia. Kala itu akibat letusan dan tsunami yang diakibatkan telah menghilangkan sekitar 120.000 jiwa lebih. Melenyapkan pulau-pulau yang ada di dekatnya, dan seluruh dunia merasakan akibatnya.

Dalam catatan yang ada, pada tanggal 27 Agustus, empat letusan besar terjadi pukul 05.30, 06.44, 10.02, dan 10:41 waktu setempat. Pada pukul 5.30, letusan pertama terjadi di Perboewatan, yang memicu tsunami menuju Teluk Betung.

Pukul 06.44, Krakatau meletus lagi di Danan, menimbulkan tsunami di arah timur dan barat. Letusan pada pukul 10.02 terjadi sangat keras dan terdengar hampir 3.110 km (1.930 mi) jauhnya ke Perth, Australia Barat, dan Rodrigues yang ada di Mauritius yang berjarak 4.800 km (3.000 mi).

Penduduk mengira, letusan itu suara tembakan meriam dari kapal terdekat. Dan gelegar suara itu disertai gelombang tsunami yang tingginya mencapai 30 meter di beberapa tempat.

Energi yang dilepaskan dari ledakan itu diperkirakan sama dengan 200 megaton TNT yang setara dengan empat kali lipat lebih kuat dari Tsar Bomba, senjata termonuklir paling kuat yang pernah diledakkan.

Gelombang tekanan yang dihasilkan oleh letusan kolosal keempat dan terakhir terpancar keluar dari Krakatau hingga ketinggian 1.086 km/h (675 mph).

Saking kuatnya letusan itu, hingga memecahkan gendang telinga para pelaut yang sedang berlayar di Selat Sunda.

Dampak dari letusan itu, gundukan batu karang (c.1885) dihempaskan ke pantai Jawa setelah letusan Krakatau.

Hujan abu panas turun di Ketimbang (sekarang Desa Banding, Kecamatan Rajabasa, Lampung). Kurang lebih 1.000 orang tewas akibat hujan abu ini.

Di Pulau Sebesi yang berjarak 13 kilometer dari Krakatau, dari total 3.000 orang penduduk tidak satu pun yang selamat.

Sedang Kota Merak, Banten hancur akibat tsunami, serta kota-kota di sepanjang pantai utara Sumatera. Tsunami itu menenggelamkan daratan hingga radius 40 km (25 mil) jauhnya.

Pulau-pulau di Kepulauan Krakatau hampir seluruhnya menghilang, kecuali tiga pulau yang berada di selatan. Gunung api kerucut Rakata (Anak Gunung Krakatau) terpisah di sepanjang tebing vertikal, menyisakan kaldera sedalam 250-meter (820 ft).

Dari dua pulau di utara, hanya pulau berbatu bernama Bootsmansrots yang tersisa. Sedang Poolsche Hoed juga menghilang sepenuhnya.

Setahun setelah letusan, rata-rata suhu global turun 1,2° C. Cuaca tetap tak beraturan selama bertahun-tahun, dan suhu tidak pernah normal terjadi hingga tahun 1888.

Peristiwa yang luar biasa akibat letusan Gunung Krakatau itu sekarang bisa dilihat sisanya. Batuan sebesar bukit itu berserakan di daratan, pantai, dan pulau-pulau yang ada.

Batuan itu tertata rapi, tumpuk-bertumpuk seperti buatan seniman ahli. Di tengah airnya yang jernih, pasir putih serta pantai yang landai, rasanya layak keluarga diajak untuk tamasya ke Belitong.

Selain menikmati keindahan alam, juga sekaligus memberi pemahaman pada mereka, bahwa pemandangan yang indah ini adalah hasil dari prahara dahsyat di masa silam. Letusan Gunung Krakatau yang mengguncangkan dunia. wiki/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar