Lingkungan

Miris, Begini Kalau Anak Rimbo Pulang Sekolah

Menemui Ayu Sriwahyuni guru Anak Rimbo tidak susah. Dia selalu ada di sekolah yang berdekatan dengan hutan itu. Bagaimana proses belajar mengajar di PAUD untuk anak-anak dari suku yang masih terasing ini?

Jika jam-jam belajar datang ke Kelompok Belajar (KB) Nurul Ikhlas di Desa Bukit Suban, Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, yang tampak dalam kelas adalah pemandangan biasa-biasa saja. Ada alat peraga, guru, dan murid-murid yang rapi dan berseragam layaknya sekolah normal.

Tapi jangan beringsut dulu. Awasi apa yang terjadi setelah sekolah bubar. Anda akan melihat pemandangan yang mengiris hati. Anak-anak itu akan melepas seragam sekolah. Menumpuknya di bangku-bangku. Dan dengan telanjang keluar kelas.

Anak-anak itu berlarian dengan ceriah. Mereka bercengkerama dengan sesamanya. Arah mereka bukan ke kampung-kampung. Tapi anak-anak ini menuju rerimbunan yang ada, hutan lebat yang masih tersisa di kawasan ini.

Satu demi satu anak-anak telanjang itu ditelan lebatnya pepohonan. Mereka kembali pada keluarganya, Suku Rimbo yang masih nomaden. Mereka bertebaran di hutan Kejasung, Batang Hari, Merangin, Tebo, Bungkai, Tanah Garo, Bukit Suban Taman Nasional Bukit 12, serta Singkut dan Mekekal. Adakah esok hari mereka akan kembali masuk sekolah?

“Ya dan tidak. Kalau ya, alhamdulillah. Tapi kalau tidak, kita tanyakan ada apa dengannya. Jika tidak masuk karena membantu orangtuanya memanen, bekerja di ladang atau sedang melangun, kita biarkan. Tapi kalau ada soal lain, kita minta temannya mengantar kita ke tempatnya. Kita datangi dia di hutan,” kata Ayu Sriwahyuni, guru PAUD KB Nurul Ikhlas ini.

Akibat kebiasaan siswanya yang ‘angin-anginan’ ini, maka Ayu yang berstatus guru itu juga kadang bertugas sebagai penjelajah. Dia hafal siswanya itu berada di hutan mana saja di kawasan ini. Dia juga hafal problem apa yang membuat mereka tidak mau bersekolah. Tapi kenapa seragamnya harus dilepas Ayu? Kenapa anak-anak itu dibiarkan telanjang?

“ Dulu seragam itu kita suruh bawa pulang. Kita kasihkan. Tapi paginya, seragam itu entah dimana, mereka bersekolah telanjang lagi. Karena terus-terusan begitu, akhirnya kita suruh melepas dan dipakai lagi di sekolah. Kita memang harus sabar dan telaten kok, pak,” ujarnya. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar