Humaniora

Belajar Jadi Dalang Wayang Kulit di Omah Wayang

Di Jawa Tengah, khususnya Klaten, nama Dewi Fortuna sudah sangat familiar. Ya, Dewi Fortuna merupakan lembaga pendidikan nonformal dan kewirausahaan yang menjadi salah satu sentra pembuatan wayang kulit, pelatihan pedalangan, dan Sinden.

“Wayang kulit merupakan salah satu kekayaan Bangsa Indonesia yang diakui Dunia melalui UNESCO. Jenis kebudayaan ini memperoleh penghargaan sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage Humanity pada April 2003. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kami berkomitmen dan eksis di bidang keterampilan pembuatan wayang kulit,” papar Kristian Apriyanta, sang ketua lembaga.

Lelaki kelahiran Klaten 24 April 1980 ini menceritakan, selain menjadi sentra pembuatan wayang kulit, Dewi Fortuna juga secara kontinyu menggelar pelatihan Pedalangan, Sinden, Karawitan, Kethoprak dan tari tradisional.

Pesertanya bukan saja para warga belajar yang tergabung dalam lembaga pendidikan tersebut, tetapi juga masyarakat umum, “Yang menarik, pelatihan ragam budaya Jawa ini tak hanya diikuti mereka yang berusia tua, tetapi juga oleh anak-anak,” tuturnya.

Malah dua tahun berturut-turut, yakni 2012 dan 2013, Dewi Fortuna menggelar Festival Dalang Anak Klaten. Selain itu, PKBM ini juga dipercaya menangani event tahunan Festival Kethoprak Pelajar 2010–2013. Pokoknya, setiap hari nyaris tak sepi dari kegaitan.

Berlokasi di Jalan Arimbi No. 02 Jombor, Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Kristian bersama rekan-rekan seperjuangannya terus berkreasi. Klimaksnya, bagaimana agar warga sekitar bisa diberdayakan. Bukan saja secara edukatif, tetapi juga secara ekonomis dan kultur.

Kenyataan di lapangan, Dewi Fortuna bukan saja dikenal oleh warga pelaku pendidikan nonformal, tetapi juga masyarakat luas, termasuk mereka yang memiliki minat dalam bidang kebudayaan Jawa.

Lihat saja, di sebuah sudut sekelompok remaja melenggak-lenggokkan tubuh di bawah panduan seorang instruktur. Gerakan mereka tampak dinamis, sesuai dengan tema tarian yang dibawakan. Siang itu, mereka sedang berlatih sendratari yang menceritakan tentang epos Ramayana. Di ruang lain, sejumlah dalang cilik tengah memamerkan kepiawaiannya memainkan wayang kulit.

Di bagian belakang, ada semacam workshop tempat pembuatan wayang kulit. Sejumlah warga tampak terlibat dalam pembuatan. Proses demi proses. Dari mulai selembar kulit hingga menjadi sebuah wayang kulit yang artistik. Dari tangan merekalah tokoh-tokoh wayang lahir, seperti Gatotkoco, Arjuna, Bima, dan Arimbi. Tak ketinggalan keluarga kocak namun arif bernama Punakawan.

Konsistensi dan komitmen untuk menjadi lembaga berbasis seni budaya memantapkan Dewi Fortuna melahirkan unit kegiatan pendidikan seni yang diberi nama Omah Wayang Klaten, “Omah Wayang berarti rumah wayang. Ini tempat untuk melayani kegiatan pelatihan, pembelajaran, produksi kerajinan dan penjualan produk maupun jasa seni budaya Jawa,” terang Kristian.

Dan pada perkembangannya, sejak tahun 2013 ini Omah Wayang masuk menjadi salah satu tujuan wisata pendidikan budaya. Program wisata pendidikan budaya dirancang untuk memperkenalkan pada masyarakat bagaimana sejarah wayang, proses pembuatan wayang sampai dengan menikmati pertunjukan wayang kulit secara langsung dalam waktu yang singkat. Tatang Budimansya


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar