Ini kisah siluman. Legenda masyarakat Batak yang hidup di Tapanuli Utara. Kisah ini sudah berkembang ratusan tahun silam, tentang Si Boru Tumandi.
Menurut cerita nenek moyang, Si Boru Tumandi adalah putri dari Raja Hutabarat. Tercatat sekitar abad ke 17 itu terjadi. Dia berparas cantik. Kecantikan itu sangat dikenal pada zamannya. Sayang akhirnya putri itu menjadi siluman.
Kisah ini terjadi di sekitar Sungai Situmandi. Di sinilah tempat boru Tumandi bermukim bersama keluarganya. Di sini juga terdapat hamparan yang disebut Lembah Silindung yang sangat tersohor. Yang dulu, banyak penyair memuja keelokan lembah itu dengan syair dan lagu.
Di sebelah barat lembah inilah Raja Hutabarat tinggal. Dia bersama putrinya yang elok. Kulit bersih. Samulus kaca, sampai diibaratkan, jika putri ini meminum air putih, air itu terlihat mengalir di kerongkongannya. Kulitnya bening bercahaya. Mengundang para raja dari berbagai negeri untuk melamarnya.
Mendatangi lokasi kisah ini, melewati kota kecil Parapat dengan danau Tobanya. Meneruskan perjalanan menuju Kota Sibolga. Jika menggunakan bus antar kota, sebelum sampai di Kota Sibolga terlebih dahulu melewati lembah. Kendaraan menuruni dataran rendah.
Perjalanan semakin asyik jika menuju ke lembah itu. Kelokan-kelokan manis dikelilingi jurang yang terjal. Tidak perlu takut. Sopir dari Kota Medan sudah sangat paham dengan jalanan ini.
Rumah boru Tumandi berada di sebelah barat dari lembah Silindung. Penduduk yang ada di sana semuanya satu rumpun. Satu marga yang berasal dari satu nenek moyang.
Kampung itu berada di hulu Sungai Situmandi. Di lereng pegunungan yang tidak bernama. Penduduknya sangat ramah dan baik hati. Tanahnya subur menghasilkan padi. Buah-buahan jeruk dan sayur-sayuran melimpah. Ada kolam air panas dipakai penduduk sebagai obat.
Pada dasarnya, seluruh putri keturunan Hutabarat berparas cantik. Sampai sekarang pun jarang ditemukan boru Hutabarat berparas jelek. Maka legenda ini sangatlah masuk akal, bila boru Tumandi digambarkan sebagai putri yang luar biasa cantiknya.
Nah kecantikan boru Tumandi itu membuat kegoncangan. Para putra raja pada naksir. Maka Raja Hutabarat membuat bangunan rumah untuk sang putri di ketinggian. Tangganya terdiri dari pisau panjang yang sangat tajam. Dan putra-putra raja dari berbagai pelosok negeri yang berhasrat untuk menyunting sang putri jelita ini harus melintasi rintangan itu.
Banyak sudah pelamar yang datang. Tapi dia tidak sanggup menaiki tangga pisau itu. Dengan sedih mereka pulang ke negerinya. Ada yang terus bertahan menunggu di bawah rumah sekadar dapat memandang boru Tumandi yang bertenun di atas panggung. (irsa fitri/bersambung)