Gara-gara Corona, Ekspor Oleokimia Sawit RI Melonjak 26%

Gara-gara Corona, Ekspor Oleokimia Sawit RI Melonjak 26%


JAKARTA - Asosiasi Produsen Oleochemicals Indonesia (Apolin) mencatat kenaikan fantastis permintaan ekspor oleokimia (oleochemical) selama pandemi virus corona (covid-19). Per Juni 2020, permintaan naik hingga 26 persen jika dibandingkan volume ekspor tahun sebelumnya.

Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat menyatakan oleokimia yang berasal dari minyak sawit laris manis karena merupakan bahan dasar produk kesehatan dan sanitasi seperti sabun dan pembersih tangan (hand sanitizer).

"Kinerja ekspor oleochemical Indonesia mengalami kenaikan yang sangat fantastis, berada di kisaran 24 persen hingga 26 persen," katanya lewat video conference, Rabu (12/8).

Kesadaran masyarakat akan kebersihan dan sanitasi disebutnya menjadi penyebab kencangnya penjualan salah satu produk kelapa sawit ini di tengah menurunnya ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Diketahui, ekspor untuk CPO turun sebesar 11 persen pada semester I pada 2020 dibandingkan periode sama 2019.

Selain itu, ia menilai dukungan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perindustrian dalam mempermudah izin operasional juga turut mendorong peningkatan penjualan.

"Didukung pemerintah lewat Kementerian Perindustrian yang mempermudah izin operasional sehingga aktivitas dari pemasokan bahan baku, proses produksi, hingga logistik ke pelabuhan tidak mengalami kendala," jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyebut volume penjualan ekspor oleokimia selama tiga tahun terakhir cukup baik. Pada 2018, volume ekspor tercatat sebesar 2,8 juta ton dengan nilai sebesar US$2,4 miliar. Lalu, pada 2019 terjadi kenaikan volume penjualan yaitu 3,2 juta ton. Namun, secara nilai terjadi penurunan akibat merosotnya harga komoditas secara global. Totalnya, ekspor sepanjang 2019 setara dengan US$2 miliar.

Sementara untuk Januari-Juni 2020, volume ekspor mencapai 1,8 juta ton dengan nilai sebesar US$1,3 miliar. Diperkirakan, hingga Desember 2020, total eskpor mampu menembus 3,7 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$2,6 miliar. "Hampir seluruh penduduk dunia mengantongi sanitasi, wajar ekspor mau pun konsumsi dalam negeri produk chemical mengalami peningkatan," katanya. (*)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index