Industri

Ekspor Minyak Sawit Merosot 8,3 Persen

Pengolahan minyak sawit. (Int)

JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), mencatat ekspor minyak sawit dan olahannya pada Mei 2020 mengalami penurunan cukup besar. Tercatat, ekspor minyak sawit pada Mei 2020 sebesar 2,4 juta ton, atau turun 8,3% dibandingkan bulan April 2020.

Penurunan ekspor tersebut terjadi pada CPO turun sebesar 96.000 ton atau 15% menjadi 515.000 ton dan olahan CPO turun 139.000 tonbatau 8,6% menjadi 1,46 juta ton. Sementara ekspor PKO dan olahan PKO tumbuh 10% atau 13.000 ton, menjadi 142.000 ton. Dan oleokimia tumbuh tipis 0,3 persen atau sebesar 1.000 ton, menjadi 312.000 ton.

"Penurunan ekspor terutama terjadi pada refined palm oil yang secara umum disebabkan oleh selisih harga minyak sawit dengan minyak kedelai yang kecil," kata Direktur Eksekutif Gapki, Mukti Sardjono dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Mukti merinci penurunan terbesar ekspor CPO pada Mei 2020, terjadi dengan tujuan China, yakni sebesar 21% atau 87.700 ton. Kemudian ke Uni Eropa turun 81.500 ton atau sebesar 16,62%, Pakistan turun 23,4% atau 47.000 ton dan ke India turun sebesar 9,2% atau 38.600 ton.

Menurut dia, penurunan ekspor ke China disebabkan meningkatnya pabrik "oilseed crushing" khususnya untuk kedelai yang cukup besar sehingga pasokan minyak nabati China masih tinggi.

Meskipun terjadi penurunan ekspor, ada beberapa negara tujuan ekspor yang menunjukkan kenaikan seperti Mesir yang naik 81% (42.000 ton) dari ekspor April 2020, Ukraina meningkat 99%  (31.000 ton), Filipina naik 73% (29.000 ton), Jepang sebesar 35% (19.000 ton) dan ke Oman sebesar 85% (15.000 ton).

Ada pun untuk harga CPO masih menunjukkan penurunan dari rata-rata 564 dolar AS pada bulan April menjadi 526 dolar AS per ton-Cif Rotterdam pada Mei. Demikian juga dengan nilai ekspornya turun 165 juta dolar AS menjadi 1,47 miliar dolar AS.

Mukti menjelaskan permintaan minyak nabati dunia diperkirakan mulai naik, seiring dengan kegiatan perekonomian China, India dan sejumlah negara lain yang mulai pulih.

"Kegiatan ekonomi Indonesia juga sudah mulai pulih sehingga kedepan permintaan minyak sawit untuk pangan juga akan naik mengikuti permintaan oleokimia dan biodiesel," katanya.*


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar