Industri

Prospek Industri Sawit 2020 Menggairahkan

JAKARTA -Tahun 2019 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri sawit Indonesia. Implementasi RED II oleh EU yang menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku bioidiesel, perbedaan tarif impor produk minyak sawit Indonesia ke India, kemarau yang berkepanjangan, perang dagang USA dan China dan harga CPO yang terus menurun merupakan tantangan utama yang dihadapi industri sawit hampir sepanjang tahun 2019. Dan 2020 ini prospek industri sawit mulai menggairahkan.

Ketua Umum Gapki Pusat, Joko Supriyono kepada wartawan, Senin (03/02/20) mengatakan,
Perang dagang USA dan China menyebabkan ekspor kedelai USA ke China terkendala sehingga petani USA yang biasanya memasok dalam jumlah besar ke China harus mencari pasar baru yang menyebabkan harga oilseed dan juga minyak nabati tertekan.

"Ada hal yang menarik pada tahun 2019, tepatnya pada 16 Agustus 2019, Presiden Jokowi menyampaikan dalam pidato kenegaraannya bahwa Indonesia akan lebih banyak mengkonsumsi minyak sawit untuk keperluan dalam negeri, terutama untuk biofuel." jelasnya.

Katanya, dampaknya, harga CPO rata-rata KPBN terus melonjak menjadi USD 483, 497, 582, dan 651 per ton pada September-Desember 2019.
Produksi minyak sawit 2019 mencapai 51,8 juta ton atau sekitar 10% lebih tinggi dari produksi tahun 2018 sementara konsumsi domestik naik 24% menjadi 16,7 juta ton dengan rincian konsumsi biodiesel nailk 49%, pangan naik 14% dan oleokimia naik 9%. Volume ekspor produk sawit tahun 2019 sebesar 35,7 juta ton naik 4% dari ekspor 2018.

"Nilai ekspor produk minyak sawit termasuk oleokimia dan biodiesel 2019 diperkirakan mencapai USD 19 milyar. Nilai ekspor ini sekitar 17% lebih rendah dari ekspor produk minyak sawit tahun 2018 yang nilainya sebesar USD 23 milyar.
Destinasi utama ekspor produk minyak sawit tahun 2019 selain oleokimia dan biodiesel Indonesia adalah China (6 juta ton), India (4,8 juta ton), EU (4.6 juta ton)." paparnya.

Kata Joko,  Khusus untuk produk oleokimia dan biodiesel, ekspor terbesar adalah ke China (825 ribu ton) diikuti oleh EU (513 ribu ton). Ekspor minyak sawit ke Afrika yang naik 11% pada 2019 dari 2,6 juta ton pada 2018 menjadi 2,9 juta ton dan menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun memberikan sinyal positif bagi untuk pasar produk minyak sawit Indonesia.

Tahun 2019 yang penuh tantangan ditutup dengan harga yang melonjak diatas USD 800/ton CIF Rotterdam dan penyamaan tariff impor minyak sawit Indonesia di India. Situasi finansial yang baik ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pekebun terutama untuk membiayai pemulihan tanaman dan infrastruktur yang mungkin pemeliharaannya tertinggal ketika harga rendah. Akhir tahun 2019 mulai dipersiapkan pelaksanaan implementasi B30 yang membuat cemas imprortir terkait dengan kemungkinan akan turunnya ketersediaan minyak sawit Indonesia untuk ekspor.

Prospek Tahun 2020
Memasuki tahun 2020, industri sawit Indonesia dikaruniai dengan kondisi iklim yang membaik dan harga yang cukup tinggi. Menurut BMKG, iklim tahun 2020 akan normal dan lebih baik daripada iklim 2019, musim kemarau diperkirakan akan dimulai pada bulan April-Mei.
Komitmen pemerintah untuk mengimplementasi B30 pada 2020, menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia sangat serius dan dampaknya akan sangat berpengaruh terhadap perdagangan minyak nabati dunia dan perdagangan minyak di dalam negeri.

Kebutuhan dalam negeri 2020 diperkirakan mencapai 8,3 juta ton untuk biodiesel yang mungkin akan berpengaruh pada ketersediaan produk minyak sawit untuk ekspor.
Meskipun kondisi ekonomi dunia tahun 2020 masih belum menentu; situasi politik di Timur Tengah masih panas, perang dagang USA-China belum berakhir, masih adanya tuntutan sustainability di EU; peningkatan penggunaan biofuel di dalam negeri, semakin banyaknya perusahaan yang bersrtifikasi ISPO dan terbukanya tujuan-tujuan ekspor baru akan lebih menjamin pasar minyak sawit Indonesia di pasar global, sehingga GAPKI tetap optimis pada tahun 2020 industri sawit Indonesia tetap memiliki prospek yang baik.

Memperhatikan tantangan tantangan peluang pasar ekspor maupun domestik dalam negeri serta adanya iklim usaha yang lebih berpihak kepada peningkatan investasi, maka program kerja seluruh stakeholder sawit tahun 2020 perlu difokuskan pada :
1. Peningkatan produktivitas baik melalui perbaikan teknik produksi maupun replanting.
2. Mendorong percepatan implementasi sustainability/ISPO
3. Mendorong pengembangan ekspor terutama di negara tujuan ekspor baru dan penanganan berbagai hambatan perdagangan di pasar global.
4. Meningkatan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap minyak sawit dan produk turunannya serta memperluas dan mengembangkan kampanye positif sawit yang efektif, baik di dalam negeri maupun di berbagai negara tujuan ekspor utama.
Dengan memperhatikan berbagai peluang dan tantangan yg dihadapi pada tahun 2020 serta dukungan pemerintah yang sangat besar terhadap industri sawit maka GAPKI optimis tahun 2020 industri kelapa sawit akan lebih baik dari tahun 2019.

Statistik minyak sawit Indonesia 2019 (1.000 ton)

Tahun
Produksi
Konsumsi dalam negeri
Ekspor
Stok
Total
CPO
Produk hilir*)

2018
47.437
13.491
34.707
6.561
28.145
3.261
2019
52.184
16.673
36.175
7.065
29.110
4.597
*) produk olahan termasuk oleokimia dan biodiesel. (*


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar