Industri

Gelontorkan Rp1 Triliun, Dharma Satya Tambah Pabrik

Pabrik kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Emiten perkebunan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) mengalokasikan belanja modal sebesar Rp1 triliun untuk pengembangan pabrik baru.

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan perseroan bakal melanjutkan program penanaman baru dan pembangunan dua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) baru. Hal ini dilakukan karena bertambahnya jumlah produksi dan luas kebun yang menghasilkan.

“Tahun 2020, kami menyiapkan biaya modal sekitar Rp800 miliar sampai Rp1 triliun yang sebagian besar akan digunakan untuk pengembangan PKS baru, penyelesaian pembangunan fasilitas Bio-CNG, penanaman baru, pembangunan infrastruktur dan juga modernisasi fasilitas pabrik disegmen usaha produk kayu,” kata Andrianto.

Sebagai informasi sampai akhir 2019, perseroan telah memiliki 10 PKS dengan total kapasitas produksi 570 ton per jam.

“Kami memperkirakan harga CPO akan terus bergerak naik pada tahun 2020 dibandingkan tahun lalu, karena berkurangnya stok CPO dan mulai seriusnya penerapan kebijakan mandatori biodiesel di Indonesia dan Malaysia,” katanya.

Pada tahun lalu, DSNG mencatatkan penjualan crude palm oil (CPO) pada tahun 2019 sebesar 666.000 ton. Jumlah itu naik sebesar 46 persen dibandingkan dengan 2018.

Produksi CPO DSNG pada 2019 mencapai 610.000 ton, naik 25 persen dibandingkan dengan 2018. Dari jumlah tersebut, dua kebun baru yang diakuisisi memberikan kontribusi sekitar 95.000 ton CPO atau 16 persen dari total produksi CPO perseroan.

Adrian mengatakan harga rata-rata CPO Perseroan sepanjang 2019 mengalami penurunan sekitar 10 persen menjadi Rp6,5 juta per ton, sedangkan harga rata-rata CPO2018 sebesar Rp7,2 juta per ton.

Sementara itu, dari sisi bisnis perkayuan DSNG mencatatkan kenaikan volume penjualan untuk produk panel menjadi sebesar 97.000 meter kubik.

Adrianto menyebut jumlah itu naik sebesar 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan kenaikan nilai penjualan sebesar 13 persen menjadi Rp572 miliar.

Di sisi lain, volume penjualan produk engineered flooring turun 15 persen menjadi 932.000 meter persegi menyusul turunnya permintaan dari pasar ekspor. "Secara umum segmen usaha produk kayu masih memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan perseroan," katanya.

Sementara itu, tim analis Sinarmas Sekuritas memberikan predikat overweight bagi sektor perkebunan seiring dengan prospek harga CPO yang lebih cerah. Mereka merekomendasikan beli untuk LSIP dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) sedangkan netral bagi AALI. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar