Ekonomi

BWPT Berambisi Balikkan Posisi Rugi Bersih

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Emiten perkebunan PT Eagle High Plantations Tbk. berkemungkinan membalik posisi rugi sebelum pajak menjadi laba sebelum pajak pada kuartal III/2019.

Investor Relations Eagle High Plantations Sebastian Sharp mengungkapkan untuk kali pertama perseroan dapat mencetak laba sebelum pajak. Menurutnya, hal itu terjadi karena ada penambahan produksi dari kebun yang berada di Papua. Kebun tersebut dikelola oleh anak perusahaan PT Tandan Sawita Papua (TSP).

“Pada kuartal II/2019 rugi sebelum pajak kami sekitar Rp305 miliar. Estimasi kami pada Juli berdasarkan jumlah produksi buah dan rerata harga minyak sawit, tetap rugi (kuartal III/2019) sekitar Rp300 miliar,” katanya.

Sebagai informasi, pada semester I/2019 total rugi sebelum pajak sebesar Rp638,21 miliar. Jumlah itu jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp37,74 miliar tumbuh. Adapun total rugi bersih tercatat sebesar Rp491,09 miliar dari posisi sebelumnya laba bersih Rp12,92 miliar.

Sementara total pendapatan emiten berkode saham BWPT itu tercatat sebesar Rp1,20 triliun turun 14,24 persen dibandingkan periode sebelumnya Rp1,40 triliun.

Sebastian mengatakan berubahnya posisi rugi bersih menjadi laba bersih dapat terjadi, sebab ada kenaikan produksi dan tambahan jumlah pembeli potensial di TSP. Belum lama ini, lanjutnya, kebun perseroan di Papua mulai dapat menghasilkan buah dan minyak.

“Kebun di sana mencapai 11.000 hektare dengan yields lebih dari 30 ton per tahun,” sebutnya. 

Selain itu, disana juga ada pabrik pengolahan dengan kapasitas 45 ton per jam. Sebastian mengatakan kapasitas pabrik masih dapat ditingkatkan menjadi 90 ton per jam.

Sebastian mengatakan untuk saat ini produksi minyak sawit TSP per bulan mencapai 1.500 ton. Tapi perseroan memiliki target untuk meningkatkannya hingga 2.500 ton per tahun.

“8 pekan setelah estimasi pada Juli, kami mulai memprediksikan dapat meraih laba sebelum pajak untuk pertama kali pada September,” ungkapnya.

Dia pun menambahkan dalam waktu ada pembeli potensial yang akan menyerap produksi. Calon klien itu, lanjutnya, berasal dari luar negeri.

“Kami belum melakukan jual beli dengan potential buyer. Mereka akan melakukan kunjungan dalam waktu dekat dan mereka tidak berasal dari Indonesia. Kami berharapnya jual beli segera dilakukan,” ungkapnya.

Sementara itu pada kuartal III/2019, BWPT menargetkan untuk bisa memproduksi tandan buah segar 170.000 ton per bulan. Sebastian menambahkan dengan perbaikan harga minyak sawit di kisaran Rp7 juta pada September, jumlah penjualan perseroan pun dapat meningkat.

Pada penutupan perdagangan Jum’at (2/9/2019) saham BWPT tengah menguat tipis 2,22 peren menjadi Rp138 per saham. Selain itu dalam sepekan terakhir perseroan mengalami penguatan 1,47 persen dengan harga terendah Rp133 per saham dan harga tertinggi Rp144 per saham. Kendati demikian performa saham BWPT selama tahun berjalan tengah terkoreksi sedalam 15,85 persen.

Selain itu, Komisaris BWPT Ali Abbas Badre Alam pun acapkali melakukan pembelian saham perseroan sejak September. Berdasarkan keterbukaan informasi, Ali menambah kepemilikan saham dari 4,26 juta menjadi 29,13 juta saham. Jumlah itu lebih besar dari pemegang saham pribadi lainnya yaitu Deddy Setiadi 1,33 juta saham dan Yap Tjay Soen 6,16 juta saham. Sementara total saham yang beredar mencapai 31,50 miliar saham. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar