Peran Minyak Kelapa Sawit dalam Nutrisi Makanan (1) : Bebas Lemak Trans

Selasa, 07 Agustus 2018

PEKANBARU - Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati alami yang dapat dikonsumsi dan paling melimpah di dunia, namun konsumen mungkin tidak melihat langsung kaitan minyak sawit dengan sesuatu yang “alami”.

Dengan keberadaan generasi yang semakin sadar kesehatan saat ini, di mana konsumen ingin mencari informasi saat mengambil keputusan, dilansir dari goldenagri.com.sg, Sawitplus akan merangkumnya untuk Anda mengapa minyak kelapa sawit penting untuk kesehatan dan gizi kita?

Pertama, Komposisi unik membuatnya bebas lemak trans

Lemak trans tidak baik untuk Anda. Berbagai otoritas kesehatan, termasuk World Health Organisation (WHO), kini menganjurkan agar lemak trans dihindari karena telah terbukti secara klinis meningkatkan potensi penyakit jantung. Bahkan, dinas kesehatan AS (US Food & Drug Administration) telah menginstruksikan agar lemak trans dihapus dari seluruh pasokan pangan pada 18 Juni 2018; dan WHO juga berencana menghapus sepenuhnya lemak ini dari pasokan pangan di tahun 2023.

Di titik ini, wajar bila muncul pertanyaan lain – Jika sedemikian buruk, mengapa kehadiran lemak trans pada produk makanan seakan dibiarkan begitu saja sejak awal?

Menurut European Palm Oil Alliance, sejak dekade 1950-an terdapat tuntutan untuk beralih dari lemak hewani ke lemak nabati karena kadar kolesterol lemak nabati lebih rendah. Minyak kedelai, minyak bunga matahari, minyak rapa, dan minyak jagung (yang berbentuk cair pada suhu ruangan) memang banyak jumlahnya, namun dibutuhkan hidrogenasi parsial untuk mengubah wujud minyak tersebut dari cair menjadi semipadat, sehingga lebih tahan oksidasi dan lebih praktis dalam proses produksi. Hidrogenasi parsial menyebabkan terbentuknya lemak trans industri pada minyak tersebut, yang belum banyak diketahui pada saat itu. Baru setelah selang beberapa waktu ilmuwan dapat membuktikan kaitan langsung antara lemak trans dan penyakit jantung.

Di sisi lain, minyak kelapa sawit adalah alternatif yang lebih sehat dibanding minyak-minyak nabati tersebut karena secara alami berbentuk semi padat pada suhu kamar, sehingga tidak memerlukan hidrogenasi parsial dan secara alamiah terbebas dari lemak trans.

Kedua, Minyak kelapa sawit terbukti sebagai alternatif yang lebih baik
Minyak kelapa sawit telah berkontribusi signifikan terhadap kandungan gizi dalam produk makanan. Tiga dasawarsa yang lalu, mengetahui dampak negatif lemak trans pada kesehatan, sejumlah produsen makanan global yang memiliki perhatian terhadap gizi menempuh upaya aktif untuk menghapus asam lemak trans dari merek-mereknya. Sebagai contoh, di awal 90-an, Unilever memutuskan untuk menghapus asam lemak trans dari olesan roti dan makanan lainnya.

Berbagai upaya untuk memanfaatkan minyak kelapa sawit memainkan peran sangat penting dalam menjamin keberhasilan transisi ke produksi makanan tanpa lemak trans. Sejak tahun 2000-an, banyak negara mulai mengikuti arahan WHO’ untuk mengurangi asam lemak trans. Untuk tujuan itu, minyak kelapa sawit adalah rute paling alami dan efektif.

Hal berikutnya adalah modifikasi genetik minyak kedelai, sehingga memicu meningkatnya permintaan terhadap minyak nabati yang lebih alami. Minyak kelapa sawit adalah satu-satunya minyak nabati alami yang melimpah. Uniknya status minyak sawit tersebut masih bertahan hingga kini – sekarang ini, tidak ada minyak makan lain yang tersedia secara global yang dapat menandingi minyak kelapa sawit alami dalam hal serbaguna, tidak perlu modifikasi baik genetik maupun modifikasi dengan hidrogenasi.

Secara keseluruhan buah sawit juga bermanfaat. Dagingnya yang berwarna kuning tidak hanya dapat diekstrak untuk memperoleh minyak, tetapi inti sawitnya juga bisa dimanfaatkan, yang berlimpah dalam bentuk asam lemak rantai medium khusus.

Struktur kimia asam lemak dari minyak inti sawit hampir identik dengan minyak kelapa – yang semakin populer karena karakteristiknya yang bermanfaat. Namun demikian, minyak kelapa mempunyai kekurangan yaitu bahwa praktik ekstraksinya mengakibatkan terbentuk kontaminan seperti polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), yaitu sekelompok bahan kimia yang dapat menyebabkan katarak, ginjal, dan kerusakan hati jika terpapar dalam jangka panjang.

Inti sawit, di sisi lain, diolah degan cara yang sangat berbeda dan karena itu bebas dari kontaminasi serupa. Alhasil, ini menjadi pilihan yang lebih cocok ketika diperlukan sumber yang kaya asam lemak rantai medium dan pendek.** Se