Wah, Ngaben Tikus Ini Libatkan 93 Ribu Jero Ketut

Sabtu, 04 Agustus 2018

Ada kegiatan unik dan menarik berlangsung di Bali. Peristiwa ini tergolong nyeleneh. Upacara ngaben bukan untuk manusia, tetapi untuk tikus.

Aktivitas langka itu terjadi di Kabupaten Tabanan. Di daerah yang dijuluki lumbung beras itu, masyarakat petani (subak) melangsungkan upacara pengabenan.

Namun, pengabenan kali ini sangat lain dari biasanya. Yang diaben itu bukan manusia. tapi jero ketut alias tikus. Ini kisah unik yang pernah dilangsungkan di Pulau Dewata Bali itu.

Lazimnya upacara pengabenan atau Pitra Yadnya itu, hanya untuk manusia ketika meninggal. Sebab upacara Pitra Yadnya merupakan salah satu dari lima yadnya yang ada dalam Panca Yadnya. Keempat yadnya lainnya masing-masing Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Rsi Yadnya, dan Butha Yadnya.

Saat upacara dilangsungkan, ribuan masyarakat berduyun-duyun datang ke lokasi, yakni Pura Luhur Beda dan Pantai Yeh Gangga. Apa makna dari upacara besar ini?

Sesungguhnya upacara ngaben tikus ini sudah pernah dilaksanakan warga petani di Subak Tabanan. Tujuannya ingin hama padi itu tidak mengganggu tanaman petani. Karena itu, bangkai-bangkai tikus dikumpulkan sekaligus dibuatkan upacara besar, sama halnya dengan upacara manusia ketika meninggal.

Bade (menara mengusung jenazah) pun dibuat besar dengan tujuh tingkatan (tumpang tujuh). Sarana yang juga disebut wadah ini dipakai alat untuk menghantarkan bangkai-bangkai tikus ke suatu tempat. Bedanya dengan pengabenan manusia, di sini tidak ada hal-hal yang sifatnya esensial.

Namun begitu, masyarakat setempat tidak mau upacara ini dikatakan main-main, apalagi disebut sekadar gagah-gagahan. Persoalannya, warga petani se-Kabupaten Tabanan berani mengeluarkan dana puluhan juta untuk mengupacarai binatang tikus itu. Kalau ini dikatakan maon-main atau sekadar lelucon, tentu tidak sampai mengeluarkan dana puluhan juta dengan memakan sampai dua bulan.

Berapa ekor tikus yang diaben? Ternyata bangkai tikus yang diaben itu sebanyak 93 ribu ekor. Jumlah yang tidak sedikit.

Tentu ada bertanya-tanya, bagaimana cara memperoleh bangkai tikus sebanyak itu? Memang tidak gampang untuk mencarinya. Warga petani dari subak di Kabupaten Tabanan sudah mengorbankan waktu dua bulan untuk memburu tikus-tikus di sawah.

Hama padi ini diburu untuk diaben karena sehari-harinya terlalu sering mengganggu tanaman padi. Saking ganasnya menyerang padi -sampai petani gagal panen- akibat serangan tikus. Akibatnya, petani hanya bisa gigit jari tanpa menerima hasil.

Sementara petani sudah capek selama kurun empat bulan menunggu hasil tanamannya, namun hanya kegagalan yang didapat. Berdasarkan pengalaman ini, petani di Tabanan sepakat membuat upacara besar, yakni mengabenkan tikus. Dengan harapan, hama ini tidak lagi mengganggu tanaman padi. Kalau pun ada, tidak sampai meludeskan padi.

Upacara pengabenan ini merupakan kerjasama antara warga di Beda Tabanan dengan Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Tabanan. Warga petani se Kabupaten Tabanan (280 subak) telah memburu tikus-tikus ini sejak Juli 2000. Sampai jumlahnya mencapai 93 ribu ekor. Apa harus sejumlah ini?

Ternyata tidak ada warga yang mampu menjelaskan masalah jumlah. Sementara ada warga lainnya menjelaskan, jumlah sebesar ini karena sudah bertepatan dengan waktu yang telah ditentukan.

Dari lokasi di daerah ini, hanya tiga kecamatan yang sering menjadi ancaman tikus. Ketiga kecamatan itu Kediri, Kerambitan dan Tabanan. Kendati populasi tikus selalu meningkat di tiga kecamatan ini, toh produksi padi mengalami peningkatan (surplus). Tahun itu produksi padi di Tabanan surplus 67 ribu ton.

Keganasan hama tikus ini, bukan hanya ditakuti petani di subak Tabanan. Petani di subak daerah lain di Bali pun, cukup keder menghadapi keganasan tikus. Serangan tikus ini biasanya muncul ketika tanaman padi mulai bunting (beling).

Hanya saja, di daerah lain tidak sampai merayakan dengan upacara pengabenan. Beberapa daerah ada yang melangsungkan upacara berupa nangluik merana, yang intinya hampir sama. Memohon kepada binatang ini agar tidak merusak tanaman padi dan tanaman lain petani.

Binatang yang dinamakan jero ketut itu, khusus di Tabanan, sudah diantisipasi dengan berbagai cara. Tidak ketinggalan Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tabanan sudah melakukan langkah antisipasi, seperti menyerahkan 1 ton racun tikus kepada petani, serta emposan (alat untuk memasukkan racun ke lubang tikus). rai warsa/jss