Mengenal Ajaran Sikh di Indonesia (2) : Guru Nanak Itu Penerima Wahyu

Mengenal Ajaran Sikh di Indonesia (2) : Guru Nanak Itu Penerima Wahyu

Mohindar Singh, pemuka agama Sikh (Giani) itu, tak menolak anggapan bahwa bangunan Gurdwara (kuil) itu mirip masjid Islam. "Pak Menteri Agama waktu datang dan meresmikan kuil Sikh juga berkata seperti itu. Beliau melihat-lihat ke dalam, memperhatikan satu persatu yang ada di dalam. Kata beliau, memang banyak kesamaan dengan masjid," ujarnya.

Namun, kemiripan itu bukan disengaja atau bermaksud mengkaburkan pemahaman umat tentang agama Islam dan Sikh. Lebih kongkret dia jelaskan, bahwa sejarah Sikh tak lepas dari kebudayaan Islam yang pernah mendominasi negara India 535 tahun lalu.

"Anda lihat sendiri seperti Taj Mahal dan masjid-masjid megah di sana. Itu kan warisan budaya Islam. Jadi, secara budaya, kami tidak ada perbedaan. Akhirnya, dalam bidang seni dan arsitektur, termasuk membangun kuil ini, tentu saja mirip. Di India, kuil itu ya seperti ini," urai Mohindar Singh.

Mohindar malah mengakui bahwa banyak ajaran Sikh sama persis dengan ajaran Islam. Sumbernya adalah wahyu Tuhan. Cuma, si penerima wahyu, termasuk di antaranya Guru Nanak (guru kesatu tadi), tidak mengklaim atau menyebut dirinya Nabi. "Istilahnya ya ‘Guru’ itu," sergahnya. Wahyu-wahyu itu lalu dihimpun oleh Guru Nanak, dan diteruskan oleh sembilan guru berikutnya.

Menariknya, ada beberapa ‘Guru’ yang menerima wahyu --yang kemudian dihimpun juga dalam Kitab Suci Sikh-- berasal dari orang Islam. Mereka lahir sebelum Guru Nanak. Menurut versi Sikh, Guru dari Islam itu dari kalangan Sufi, di antaranya adalah Guru Kabir dan Farid. "Di Kitab Suci, ada bagian-bagian yang sumbernya dari Beliau berdua," tutur Mohindar.

Tanpa menjabarkan secara rinci, Mohindar memberi contoh kesamaan ajaran Sikh dengan Islam. Di antaranya, larangan minum-minuman keras, dan berzina. Tentang aturan perkawinan seperti laki-laki dilarang menikahi saudara perempuannya, anak dari saudara ibunya, dan lain sebagainya, itu juga sama persis dengan Islam. Tentu masih banyak masalah kemaslahatan (sosial) lain yang memiliki titik persamaan.

Namun, tentang cara beribadah (dalam Islam disebut Syariat), memang berbeda. Sembahyangnya lain. Doa yang dibaca berbeda. Kaum Sikh menggunakan bahasa Guru Mukhi, dari bahasa Sansekerta, sebagaimana bahasa dalam Kitab Suci Sikh (Sri Guru Grant Sahib).

Secara historis, Agama Sikh yang diwahyukan Tuhan (Waheguru) melalui Guru Nanak terjadi 535 tahun silam. Awal penyebarannya dimulai dari desa kelahiran Guru Nanak, Talwandi dekat Lahore (Pakistan). Kata Sikh berarti penganut (disciple). Seorang Sikh adalah orang yang percaya pada satu Tuhan (Tuhan Yang Maha Esa) atau Waheguru. Teknisnya, kaum Sikh harus mentaati ajaran-ajaran dari sepuluh Guru dengan berpedoman pada Kitab Suci yang disebut Sri Guru Granth Sahib.

Agama Sikh kini sudah menyebar di seluruh penjuru dunia. Jumlah penganutnya mencapai 19.161.000 atau sekitar 0,3 % dari jumlah penganut umat agama lainnya, serta menduduki urutan ke-5 setelah Kristen, Islam, Hindu dan Budha.

Sementara pemeluk agama Sikh di Indonesia, menurut catatan Media Informasi dan Aspirasi Naujewan edisi ke 4/1998, mencapai 6.180 jiwa. Mayoritas mereka berada di Pulau Sumatera dan Jawa.

Menurut Mohindra Singh, agama Sikh masuk Indonesia sejak 165 tahun lalu. Di Jakarta, baru pada 1925. Keberadaan kaum Sikh, terangnya, telah membaur dengan masyarakat pribumi Indonesia dan sebagai warga negara yang aktif dalam pembangunan nusa dan bangsa. (har/jss/bersambung)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index