Mengenal Somo Bawuk (7) : Marhaenis Dapat Remisi 20 Bulan

Mengenal Somo Bawuk (7) : Marhaenis Dapat Remisi 20 Bulan

“Sumo Salidi ini dulu bersama Dulhadi (kamituwo) aktif di Permai (Persatuan Rakyat Marhaenis Indonesia), sebuah partai yang ikut Pemilu 1955. Organisasi ini pusatnya di Bandung. Kalau nggak salah, pengikutnya di desa ini dulu ada 40 orang,” kata Kiai Mochtar.

Perkumpulan itu bukan sebuah aliran agama atau kepercayaan. Itu hanya organisasi saja. Ketika Mbah Sumo Salidi dulu diinterogasi polisi pun selalu menjawab tidak tahu tentang asal usul ajaran Sumo Bawuk itu. Karena perilakunya yang baik di LP, Sumo Salidi mendapat remisi selama 20 bulan dan selanjutnya dibebaskan.

Namun ‘hukuman’ untuknya ternyata belum selesai. Sebab, meski sudah keluar LP dalam keadaan tak bisa melihat (buta), dia masih sering disiksa orang-orang muda. Bahkan, entah disengaja atau tidak, pernah pula tertabrak sepeda motor.

Sebagai tetangga, sebenarnya Kiai Mochtar sering mengingatkan agar Sumo Salidi menghentikan aktivitasnya sebagai guru ilmu kekebalan itu. “Sebagian saran saya pernah diterimanya untuk menjual sebagian kambingnya yang kian banyak untuk keperluan hidupnya. Dia pun kemudian membeli kasur. Tapi baru setengah hari, dia sudah ditangkap polisi, karena banyak pemerkosa yang mengaku sebagai muridnya,” jelasnya.

Kiai Mochtar meski telah banyak memberikan bantuan materi dan nasehat kepada Sumo Salidi, tapi ternyata juga termasuk orang yang nyaris dicelakakan oleh Mbah Sumo itu. Ketika diinterogasi polisi, Sumo Salidi pernah memberikan keterangan, bahwa ilmu Sumo Bawuk yang dimilikinya berasal dari almarhum KH Basar, orang tua Kiai Mochtar. Untungnya, Kiai Mochtar telah memberitahu Kapolwil Kediri saat itu, jika keterangan Mbah Sumo menyudutkannya, dia bersedia dimintai keterangan pula.

Ketika Sumo Salidi ngeyel bahwa ilmunya itu diajari almarhum KH Basar yang asal Madiun itu, Kiai Mochtar pun membantahnya dengan tegas. Sumo Salidi pun kebingungan ketika dimintai keterangan bagaimana ciri-ciri ilmu dari Kiai Basar.

“Padahal, ilmu orang tua saya itu pasti menggunakan pembuka ilmunya dengan bacaan Basmalah, bersumber dari Alhadist dan Alquran. Yang jelas, juga tidak pernah mengajarkan orang untuk memperoleh kekebalan dengan tindak asusila seperti itu,” tandasnya. (bersambung/posmo/Djoko Su’ud Sukahar)

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index