Antisipasi Kemarau, BRG Bangun IPG di Riau

Sabtu, 27 Juni 2020 | 14:39:38 WIB

PEKANBARU - Badan Restorasi Gambut (BRG) mengadakan Sosialisasi Restorasi Gambut 2020 pada 24 Juni 2020, pukul 09.00 – 12.00 WIB lewat kanal virtual Zoom dan Youtube, dihadiri oleh 150 peserta undangan dinas, lembaga, instansi pemerintah daerah serta dari akademisi dan perusahaan  provinsi Riau.

Provinsi Riau menjadi provinsi pertama dalam rangkaian sosialisasi digital yang akan diadakan secara berurutan ke provinsi-provinsi target restorasi gambut. 

Dalam sosialisasi digital hari ini, menampilkan 7 presentasi yang masing-masing disampaikan oleh Dr. Ir. Didy Wuryanto, MSc - Kepala Kelompok Kerja Perencanaan Anggaran dan Hukum BRG, Dr. Ir. Suwignya Utama, MBA - Kepala Kelompok Kerja Edukasi Sosialisasi BRG,Ir. Soesilo Indrarto, MS - Kepala Kelompok Kerja Wilayah Sumatera BRG, Abdul Karim Mukharomah, SE, ME - Kepala Kelompok Kerja Pengembangan Data BRG, H. Edwar Sanger, SH, MSi - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, Dr. Ir. Mamun Murod, MM - Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau dan Abdul Madian, ST, MM - Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Provinsi Riau.

Sampai tahun 2019 IPG yang sudah terbangun di provinsi Riau adalah 1422 sekat kanal dan 1125 sumur bor, sedangkan untuk tahun 2020 ini akan dibangun 53 infrastruktur pembasahan gambut di provinsi Riau. Selain paparan capaian dan kemajuan restorasi, antisipasi dan kesiapsiagaan karhutla menjadi poin penting dalam Sosialisasi Digital ini, dimana menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Riau, H. Edwar Sanger, SH, MSi bahwa Riau sudah menetapkan Status Siaga Darurat Karhutla selama 264 hari mulai 11 Februari s/d 31 Oktober 2020.

Sedangkan update hotspot terbaru di provinsi Riau nihil dan luasan lahan terbakar dari Januari-Juni 2020 seluas 1.158 hektar.
Dalam penanganan karhutla, elemen pecegahan adalah langkah terbaik  dan perlu dilakukan bersama-sama, karena itu selain pemantauan dengan peranti pemantau SIPALAGA  dan alat TMA (Tinggi Muka Air) sebanyak 52 unit di Riau (TMA: tinggi muka air), pelaksanaan TMC (Teknologi Modifikasi Cuaca) yang sudah dilakukan dalam 2 periode (Maret-Mei) cukup membantu mengurangi risiko terjadinya karhutla serta menjaga kelembaban lahan gambut.

Ini terbukti dengan penurunan karthutla di Riau pada 2020 (1.158 hektar) sebanyak 63% dibandingkan dengan tahun 2019 (3.125 hektar).
Langkah-langkah semacam ini perlu ditindaklanjuti di provinsi target restorasi yang lain, sesuai dengan tujuan secara umum pemulihan gambut dan keterlibatan multi pihak untuk menggalang dukungan dan komitmen bersama untuk keberhasilan restorasi gambut, serta mendorong aksi bersama dalam rangka restorasi ekosistem gambut.(lin)
 

Terkini