Ekonomi

Rupiah Ditutup Rp14.035 per-Dolar AS

JAKARTA- Sempat menguat dan perkasa di Asia pekan kemarin dengan nilai tukar dibawah Rp14.000 per-Dolar Amerika Serikat, rupiah sepertinya tak betah berada di zona nyaman. Pada penutupan pasar spot valas, Senin, 11 Februari 2019, garuda kembali bermain diatas Rp14.000.

Nilai tukar rupiah dibanderol Rp14.035 per-dolar AS, melemah sebesar 79 poin atau turun 0,57% p

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level 13.985 - 14.048 per dolar AS. Langkah rupiah diperkirakan cukup berat pada pekan ini, seiring munculnya sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

Dari dalam negeri, Analis Asia Trade Point Futures (ATPF) Deddy Yusuf Siregar mengatakan, melebarnya defisit transaksi berjalan (current acount defisit/CAD) sebesar 3,57% dari produk domestik bruto pada kuartal IV 2018 dikhawatirkan menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Sebab pada pekan depan belum terlihat ada data-data ekonomi domestik yang signifikan menetralisir sentimen tersebut.

"Pekan ini saya kira tak akan banyak bantu rupiah. Melebarnya CAD bisa menjadi masalah bagi rupiah," katanya, Jumat pekan lalu.

Sementara itu pengaruh dari luar negeri, pelaku pasar cenderung berhati-hati dalam menyikapi perkembangan situasi global. Terlebih baru-baru ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keengganannya bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam waktu dekat.

Hal itu merupakan sinyalemen perseteruan dagang antar kedua negara itu belum reda. "Kita lihat juga masih adanya kekhawatiran dari melambatnya ekonomi di zona Eropa," katanya seperti dilaporkan bisnis.

Belum lama ini, Komisi Eropa memangkas proyeksi pertumbuhan zona Euro 2019 sebesar 1,3% dari perkiraan sebelumnya 1,9%. Selain itu, Bank of England juga memotong pertumbuhan ekonomi Inggris 2019 menjadi 1,2% dari sebelumnya 1,7%, imbas dari ketidakpastian Brexit.

Walhasil mengacu pada faktor itu semua, mendorong pelaku pasar kembali memilih instrumen safe haven seperti US Dollar, Yen dan Emas. '[Tentu] imbas negatif bagi nilai tukar rupiah," katanya.

Deddy menambahkan, setidaknya ada asa bagi rupiah untuk tetap berstamina. Salah satunya kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga beberapa kebijakan dan instrumen investasi. Sebab hal tersebutlah yang membuat rupiah bertahan di bawah Rp14.000 per dolar AS.

Menurutnya, arus investasi masuk  menjadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah. Melemahnya harga minyak juga memberikan dampak positif bagi mata uang RI ini.

"Saya lihat sih secara fundamental cukup baik. Artinya pergerakan rupiah tidak akan selemah pada akhir 2018 [menyentuh Rp15.000 per dolar AS]. Secara teknikal dan fundamental rupiah masih ada potensi di level Rp13.800 hingga Rp18.600," katanya.(rd)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar