Politik

Selamat Datang Gubernur Sawit

Ada banyak harapan petani sawit dan perusahaan kelapa sawit sejahtera di tahun depan. Sebab tahun 2019 itu Riau akan diperintah Gubernur Syamsuar yang secara definitif akan memimpin Provinsi Riau selama lima tahun.

Gubernur ini adalah ‘Bupati Siak’. Di kabupaten Siak, sepak terjang beliau sudah banyak diketahui. Bagaimana mengelola kota pariwisata, dan memberi solusi terhadap berbagai problem yang dihadapi petani kelapa sawit.

Majalah Sawiplus dan Sawitplus.co mengajak beliau untuk berbincang tentang ini. Tak banyak pertanyaan yang disodorkan. Sebab ada wawancara khusus berikutnya ketika Sang Gubernur nanti dilantik bulan Februari 2019 mendatang. Ini wawancara itu :

Sawitplus : Selamat datang Gubernur Sawit. Itu yang diucapkan para petani kelapa sawit, ketika KPU mengumumkan Anda sebagai pemenang dalam Pilkada serentak yang diadakan tahun 2018 ini. Anda mendapatkan suara 799.289 atau 38,20%, unggul dari para penantang anda. Komentar Anda?

Gubernur Syamsuar : Ya kalau itu ucapan rakyat, saya berterimakasih dengan ucapan itu. Saya tersanjung dengan ucapan itu.

Sawitplus : Kegembiraan para petani kelapa sawit menyambut kemenangan Anda bukanlah tanpa sebab. Ada banyak sebab, tetapi yang utama adalah gerak langkah Anda ketika menjadi Bupati Siak. Memerintah daerah indah, sebagai representasi dari kejayaan Kerajaan Melayu di Provinsi Riau, dan atensi Anda terhadap rakyat, utamanya petani sawit.

Apa yang melatari Anda begitu gigih memperjuangkan nasib rakyat (petani), dan apa yang Anda idamkan untuk kehidupan mereka ke depan?

Gubernur Syamsuar : Sawit tidak bisa dihindarkan dengan kehidupan masyarakat Riau itu sendiri. Sawit harus kita pertahankan, sekaligus mencari bagaimana ke depan harga sawit ini kita harapkan tidak terus menurun.

Tentang harga sawit, kita akan terus mencari jalan serta terobosan baru agar harga sawit tidak cenderung menurun.

Tentang harga yang saat ini terus menurun perlu nantinya dicarikan jalan keluarnya. Cari terobosan agar tidak cenderung menurun yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada masyarakat.

Sawitplus : Saat memerintah Kabupaten Siak, Anda melakukan beberapa terobosan. Menciptakan kabupaten ini sebagai destinasi utama pariwisata, dan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, Anda memberi solusi agar rakyat melakukan diversifikasi usaha membuat gula merah dari sawit. Boleh tahu bagaimana gagasan itu lahir?

Sekarang Anda telah menjadi Gubernur Riau. Secara definitif Anda akan dilantik pada bulan Februari 2019. Apa program seratus hari (100 hari) pertama Anda sebagai Gubernur Riau? Adakah program yang langsung menyentuh kebutuhan petani sawit?

Gubernur Syamsuar : Ya kalau seratus hari itu kan cuma tiga bulan. Sawit itu merupakan penghasil terbesar di Indonesia sekarang, tentu ini bagian kehidupan masyakat Riau. Baik masyarakt sendiri yang menanam sawit, petani termasuk perusahan yang berkerja sama dengan perusahaan.

Saya juga berusaha untuk membangun kembali kerjasama serumpun Melayu, Singapura, Johor dan Riau (Sijori). Dulu Riau masih menyatu dengan Kepulauan Riau, sudah ada sejak dulu kepemimpinan Harto-Mahathir ingin membuat jembatan Malaka-Dumai, tapi kepemimpinan habis belum kesampaian.

Sekarang ingin kita ingatkan lagi dengan wacana meningkatkan budaya dan ekonomi dalam kerjasama di bidang sawit. Yang mengatur harga sawit itu adalah Malaysia.

Jadi kalau sudah kerjasama setidaknya Malaysia akan ada rasa kasihan jika harga sawit Riau menurun. Sawit menjadi idola kita, ikon Riau di bidang ekonomi.

Sawitplus : Kalau harapan, pak.

Gubernur Syamsuar : Kalau harapan, di tengah harga sawit kita sedang tidak stabil, maka saya ingin yang lingkungan tidak ada alasan tidak terjaga, sebab itu bisa menurunkan harga sawit.

Dalam rangka menanam kembali, peremajaan sawit dilaksanakan sesuaikan dengan Undang-Undang yang berlaku. Kalau sekarang tidak boleh membakar jangan membakar. Jika butuh alat berat oleh petani akan kita sediakan atau kita pinjamkan. Ini program kita ke depan.

Juga melengkapi izin. Jika tidak lengkap nanti akan berdampak pada petani kita. Dan membeli bibit sesuai dengan standar, jika lahan gambut ya jangan lagi ditanam sawit. lina/jss

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar