PEKANBARU-Perang dagang antara China dan Amerika Serikat ternyata juga berpengaruh terhadap minyak nabati andalan negeri Paman Sam itu, minyak kedelai. Baik harga maupun permintaan terhadap minyak kedelai mengalami penurunan.
Amerika Serikat (AS) mengenakan pajak tinggi terhadap barang-barang China yang masuk negara itu. AS menuding China telah melakukan pencurian terhadap hak intelektual produk negaranya.
Perlakuan itu tidak diterima China. Sebagai balasannya, China menerapkan perlakuan yang sama. Minyak kedelai yang selama ini meluber memasuki China dikenakan pajak tinggi. Bea masuk itu mencapai 25%. Akibat itu, hubungan perdagangan kedua negara ini mengalami ketegangan.
Saat-saat ini Amerika Serikat dan Brasil sedang panen raya. Stok kedelai dan minyak kedelai dua negara itu menumpuk. AS yang pasarnya mulai menyempit akibat berseteru dengan China mulai mengalami kesulitan untuk ‘melempa’ komoditas andalannya. Ini berpengaruh terhadap harga minyak kedelai. Selain juga berimbas terhadap harga minyak sawit.
Dalam pekan ini, Selasa (17 Juli 2018), untuk perdagangan futures, kontrak minyak kedelai Chicago untuk pengiriman Desember 2018 turun 0,9 persen. Sedang di China Dalian Commodity Exchange, untuk pengiriman bulan September turun 0,4%.
Sedang minyak sawit, setelah selama dua minggu mengalami penurunan secara terus-menerus, kini mulai beranjak naik perlahan-lahan. Naik 0,7%. The Star/jss