Ekonomi

Sekjen GAPKI : Import Duty CPO India Itu Salah Sasaran

JAKARTA-“Ya indonesia memang mengekspor Crude Palm Oil (CPO) ketiga negara tersebut, tapi volumenya turun naik dalam beberapa bulan terakhir,” aku Kanya Laksmi Sidharta, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) pada Sawitplus.co.

Menurut Laksmi, sejak penerapan bea masuk (import duty) tinggi yang diberlakukan Pemerintah India terhadap minyak sawit, ekspor Indonesia ke India memang menurun drastis. Dari hampir 600 ribu ton di bulan Januari 2018, turun bertahap hingga Mei 2018 tinggal menjadi 240 ribu ton.

Sedang ekpor CPO ke Bangladesh sempat turun lalu naik banyak. Kini berada dalam kisaran 120-an ribu ton. :Malah di bulan Aril sempat di atas 200 ribu ton,” katq Laksmi.

Sementara Srilanka, jumlah ekspor ke Negara Dasamuka itu belum didapat angka detail. Tapi menurutnya, yang pasti kuantitasnya di bawah Bangladesh. “Saya belum dapat angka pastinya, tapi yang jelas masih berada di bawah Bangldesh,” tambahnya.

Tentang kemarahan India terhadap negara-negara tetangganya yang membanjiri CPO murah yang berasal dari Indonesia dan Malaysia, menurut Laksmi, mestinya itu karena regulasi pemerintahnya sendiri yang mengenakan import duty tinggi terhadap Indonesia.

“Akibat itu, bisa jadi supply dalam negeri India diperoleh dari sesama anggota SAFTA karena ada special treatment (direct measurement antara negara anggota),” kata Laksmi.

Tentang seberapa besar jumlah CPO yang masuk India melalui Bangladesh dan Sri Lanka, Laksmi masih belum tahu persisi. “Belum dicek bagaimana pergerakan volume antara negara-negara tersebut. Tapi menurut saya perbedaan tarif itu tetap saja tidak membuat harga sawit menjadi sangat murah. Bahkan maksud dari import duty yang ingin melindungi petani India tidak terpenuhi juga. Harga veg oil tetap mahal,” katanya. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar