Politik

Prancis Jamin Sawit Tidak Didiskriminasi Asal Jaga Keberlanjutan

KUCHING-Prancis jamin tidak mendisikriminasi minyak sawit. Prancis juga akan berjuang agar Uni Eropa (UE) tidak melakukan itu. Syaratnya, keberlanjutan tetap menjadi perhatian.

“Kelapa sawit tidak akan didiskriminasi sebagai biofuel di Uni Eropa, tetapi keberlanjutan minyak tetap menjadi perhatian utama bagi konsumen dan industrinya.”

Itu dikatakan Duta Besar Prancis di Malaysia, Frédéric Laplanche saat melakukan dialog dengan The Borneo Post di Sarawak, Rabu (11 Juli 2018). Menurutnys, pemerintah sudah berjanji untuk mengejar renegosiasi dalam EP tentang masalah ini. Dan mereka ingin memastikan, bahwa undang-undang Eropa tidak akan mendiskriminasikan minyak sawit dengan biofuel lainnya.

Seperti diketahui, awal tahun ini, bulan Januari, Parlemen Eropa (EP) memilih untuk melarang penggunaan minyak sawit untuk produksi biofuel di Uni Eropa pada tahun 2021 dalam opsinya. Keputusan ini kemudian direvisi menjadi tahun 2030.

“Minyak kelapa sawit adalah masalah yang penting. Dan Perancis sadar, ini adalah tanaman penting yang menjadi bagian dari ekonomi Sarawak dan Malaysia.

“Kami (pemerintah Perancis) tentu tidak ingin ada larangan terhadap minyak sawit. Dan sekitar tiga minggu yang lalu, melalui negosiasi internal dengan EP, kami telah mencapai konsensus di antara berbagai lembaga EP. Dan kami telah berhasil menarik tindakan diskriminatif terhadap minyak sawit itu.”

"Jadi itu adalah keberhasilan dalam memastikan, bahwa kami memperlakukan minyak sawit secara adil di pasar Eropa sejauh menyangkut biodiesel," ungkapnya.

Menurutnya, bulan lalu Pemerintah Prancis memberi lampu hijau untuk kilang biofuel baru di Perancis yang memanfaatkan minyak sawit dalam produksi biofuel. Kilang itu akan dapat menampung hingga 300.000 ton minyak sawit setiap tahun.

Ada kabar baik, bahwa minyak kelapa sawit kemungkinan akan diberikan perlakuan adil oleh UE ke depan. “Tetapi masih ada banyak kekhawatiran tentang aspek keberlanjutan produk pertanian utama kita dan daya tariknya ke pasar internasional,” katanya.

“Saya ingin memperjelas dengan semua teman bicara saya di Malaysia, Sarawak, Sabah, semenanjung atau dengan pemerintah federal. Saya ingin terus terang, bahwa kami akan terus mengalami kesulitan seputar persepsi tentang minyak sawit ini.”

“Selama pengembangan minyak sawit berlanjut dengan penggundulan hutan untuk memperluas perkebunan demi peningkatan hasil di perkebunan yang ada, opini publik Eropa akan tetap sensitif mengenai hal ini,” katanya.

“Saat ini, semua orang berpikir membatasi perubahan iklim sebagai prioritas, dan lingkungan serta keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Dan konsumen di Eropa sangat berhati-hati tentang yang mereka konsumsi. Apa yang mereka beli tidak berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, perubahan iklim atau hilangnya keanekaragaman hayati,” tambahnya.

“Jadi salah satu peran saya di sini adalah jujur ??dengan teman-teman saya tentang situasi, serta memastikan bahwa pembuat keputusan lokal, produsen dan perusahaan memahami, jika kita tidak bertindak dengan cara yang meyakinkan tentang masalah ini, dalam beberapa tahun ada risiko minyak sawit tidak akan diterima lagi oleh konsumen di pasar Eropa, ”tambahnya.

Untuk itu, Duta Besar ini berharap para pemangku kepentingan lokal dan pemerintah bersedia bekerja sama dengan Pemerintah Prancis dalam menangani masalah yang dihadapi industri kelapa sawit.

Dia percaya, wawasan dan temuan dari penelitian pertanian SEA Prancis untuk pusat pengembangan (CIRAD) dan Prancis lainnya penelitian pertanian Prancis yang didanai pemerintah akan bermanfaat bagi upaya menciptakan keberlanjutan.

“Kami ingin berdialog dengan perusahaan-perusahaan produsen di sini. Kami tidak ingin berpura-pura, bahwa tidak ada masalah. Kami ingin melihat masalah dan bekerja untuk memecahkannya bersama,” tambahnya.

Selain itu, Laplanche juga percaya peningkatan kerjasama dalam hal ini juga akan membantu meningkatkan industri pertanian secara keseluruhan di Malaysia dan Sarawak.

“Kami juga dapat bekerja sama dengan berbagi pengalaman kami tentang petani kecil karena sangat penting menjaga minat mereka dan memiliki pendapatan yang baik dari mata pencaharian mereka.

"Mereka adalah penting. Perancis memiliki industri pertanian yang penuh dengan petani kecil, ini jelas merupakan sektor kerja sama dan pembuatan kebijakan potensial," katanya.

Selain itu, kata Laplanche, ada juga aspek lain dari pertanian Perancis yang akan terbukti berharga bagi pertanian lokal, seperti konsep indikasi geografis dari suatu produk tertentu.

“Produk pertanian Perancis sangat dicari dan terkenal karena kualitasnya. Kami melindungi kekayaan intelektual dan indikator geografisnya. Ini memungkinkan nilai produknya naik. Meski konsep ini belum banyak digunakan di Malaysia, tetapi ada banyak yang bisa ditiru, seperti lada Sarawak." TB/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar