Boleh negara produsen minyak sawit sedang ‘berseteru’ dengan negara-negara Uni Eropa (UE) tentang masa depannya. Namun yang pasti, hingga April 2018 impor sawit UE masih cukup menjanjikan. Terdapat kenaikan, yang didominasi Spanyol, Belanda serta Italia.

Selain dari tiga negara itu, juga terbuka pasar-pasar baru dari negara-negara yang mulai membeli minyak sawit untuk kebutuhan dalam negerinya, seperti Estonia.

Tetapi juga tak dipungkiri, banyak negara-negara UE yang menurunkan impor minyak sawitnya karena berbagai sebab. Kalaulah ada negara-negara di UE yang meninggalkan minyak sawit, sejauh ini baru tercatat dari Lithuania dan Moldova. Belum terlihat ada negara lain UE yang terkontaminasi ‘perseteruan’ akibat tersulut Resolusi Parlemen Eropa dan meninggalkan minyak sawit.

Selama periode Januari hingga April 2018, ekspor minyak sawit Malaysia ke kawasan Eropa meningkat sebesar 189.333 MT atau 31,28% menjadi 794.529 MT dari semula 605.196 MT pada periode sama tahun 2017.

Sebagian besar peningkatan asupan minyak sawit ke UE terdiri dari minyak sawit mentah yang mengalami peningkatan sangat signifikan, lebih dari 100% atau sebesar 202.862 MT. Permintaan paling tinggi datang dari Belanda dan Spanyol.

Untuk Jan-April 2018, ekspor CPO lebih tinggi tercatat untuk Belanda pada 180.359 MT (79.320 MT pada 2017) dan Spanyol pada 75.554 MT (5.508 MT pada tahun 2017).

Kenaikan ini disebut karena harga minyak gas di ICE Gasoil Futures melebihi harga minyak sawit dalam beberapa pekan terakhir. Ini yang membuat harga minyak sawit menarik bagi pembeli, dan memberi kontribusi pada permintaan minyak sawit yang tinggi di pasar makanan serta di sektor biofuel.

Konsumsi minyak sawit ini terbanyak digunakan sebagai bahan baku energi, khususnya untuk pembangkit tenaga listrik, terutama di Jerman.

Sedang kenaikan impor minyak sawit untuk dipakai sebagai biofuel meningkat sepanjang tahun ini terjadi di Spanyol. mpoc/jss