Politik

Yu Leng : Kekurangan Big Data, Sawit Dikampanyekan Negatif

BALI-Yu Leng Khor dari Singapura focus pada data besar (big data). Menurutnya, data semakin berkembang. Dari big data, bisasdiperoleh data kecil dengan konteks yang lebih kaya. Persoalannya, apakah ada upaya untuk meluangkan waktu mengembangkan data set. Analis sawit ini mengungkap banyaknya opini negative tentang sawit disebabkan oleh kekurangan data. Karena itu big data yang melibatkan ratusan ribu responden menjadi penting. Banyak sekali data resmi yang bisa   dieksplorasi. “Contohnya saja dari Geospatial Data. Banyak yang bisa dipelajari seperti zona penanaman. Dari data Socio-Economic juga memperoleh data pendapatan rumah tangga serta informasi demografis dan migrasi. Pengukuran data dari media sosial yang dilakukan Yu Leng menunjukkan, banyak yang negatif. Banyak upaya mengubah opini public  untukperkebunan sawit,” jelasnya. Menurut Yu Leng, masih banyak data yang kurang untuk sawit. Padahal Brasil, memiliki data yang cukup lengkap seperti untuk produksi ternak. Brasil punya data penurunan produksi dari 70% ke 30%. Di Sabah, Malaysia, pemakaian data yang tepat memungkinkan pengguna mendapatkan titik-titik penanaman baru. Untuk menyediakan informasi yang baik mengenai petani kecil, Yu Leng Khor member contoh data produksi petani kecil di Kedah dan Kelantan. Data tersebut bias dicari setiap 300 hektare perkebunan petani kecil. Banyak analisis data yang telah dilakukan, sehingga ada sedikit kebingungan terkait belum adanya informasi tentang tahun divestasi baru dan lama. Informasi penebangan juga mungkin akan membingungkan. Seharusnya, informasi yang diberikan adalah kapan terjadi pembukaan lahan. “Kunci menyuguhkan data yang informative dan bagus terletak pada filter data karena filter data yang bagus akan membantu analisis. Peneliti juga harus berhati-hati dengan jebakan data. Oleh karena itu big data juga amat penting untuk industry sawit.


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar