Politik

Keberlanjutan Kelapa Sawit Ditentukan Tiga Faktor Keseimbangan

BALI – Keseimbangan tiga faktor utama, yakni peluang ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial, menjadi kunci keberlanjutan industri kelapa sawit ke depan. Hal itu menjadi pembahasan utama dalam konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan atau International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE) 2018. Franky Oesman Widjaja, Chairman dan CEO Sinar Mas Agribusiness and Food, menjelaskan ICOPE 2018 bertujuan untuk membahas masa depan industri kelapa sawit. “Komunitas global semakin mempertanyakan sektor minyak kelapa sawit tentang kemampuannya untuk menghentikan (menghentikan) deforestasi, memberikan mata pencaharian positif dan berkontribusi untuk memberi makan populasi dunia yang terus tumbuh secara berkelanjutan. Selama ICOPE 2018, saya yakin kita bisa bersama-sama menunjukkan kepada dunia apa yang sudah kita lakukan dan bagaimana masa depan yang berkelanjutan untuk kelapa sawit,” ujarnya dalam sambutan pembukaan ICOPE 2018, di Bali, Rabu (25/4). Untuk mencapai kesuksesan, lanjut dia, seluruh pihak yakni akademisi, pemain industri, pemerintah, pelanggan, konsumen, anggota masyarakat, LSM dan ilmuwan harus bersatu dan selaras pada pemahaman dan tujuan bersama. “Ada persepsi publik bahwa sektor minyak sawit tidak peduli dengan lingkungan atau jutaan orang yang membentuk industri ini. Saya mengerti mengapa persepsi ini ada. Seperti industri lain, kami memiliki sejarah yang panjang. Dan saya percaya persepsi ini tidak dibenarkan sekarang. Perubahan sedang terjadi, di perusahaan saya sendiri dan di seluruh sektor,” katanya. Keberlanjutan kelapa sawit, lanjut dia, juga terkait dengan aspek ketahanan pangan secara global. “Jika Anda tidak menjaga perut orang-orang, maka mereka tidak akan menjaga lingkungan. Untuk perusahaan besar, akan lebih mudah mengikuti aturan pemerintah. Namun, petani kecil akan lebih sulit, mereka harus diberdayakan. Masalah ini menjadi sentral dari sektor minyak sawit berkelanjutan dan merupakan komponen kunci dari tema ICOPE 2018 yakni ‘Solusi untuk Produksi Lokal’,” papar Franky yang juga menjadi Wakil Ketua Kadin Indonesia bidang Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan. Untuk mencapai ketahanan pangan, lanjut dia, harus diberikan peluang ekonomi yang difokuskan untuk memberdayakan petani kecil. Pada tahun 2050, akan ada 10 miliar orang yang perlu diberi makan. “Diperkirakan ada tambahan 200,25 juta ton minyak nabati yang dibutuhkan untuk membantu memberi makan orang-orang ini. Dari mana asalnya? Jika memilih minyak kedelai, dibutuhkan 445 juta hektar lahan pertanian. Jika memilih kelapa sawit, hanya 40 juta hektar lahan pertanian yang akan dibutuhkan,” jelasnya. Dia menjabarkan industri minyak kelapa sawit merupakan industri utama dan penting di Indonesia. Sektor industri ini merupakan mesin ekonomi yang menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kehidupan dan kesejahteraan jutaan orang Indonesia. “Industri minyak sawit mempekerjakan 21,2 juta orang secara langsung dan tidak langsung, menghasilkan US$ 21,25 miliar dari ekspor pada 2017,” ucapnya. Chairman ICOPE 2018 JP Caliman, menambahkan ICOPE telah mendapatkan pengakuan global dalam komunitas ilmiah sebagai sumber daya yang berguna dan tidak bias untuk hal-hal yang berkaitan dengan produksi minyak sawit dan keberlanjutan. ICOPE adalah satu-satunya konferensi internasional yang didedikasikan untuk kelapa sawit dan lingkungan dengan jumlah peserta sebesar itu. “ICOPE dimulai 11 tahun yang lalu oleh tiga mitra yang berbagi nilai yang sama untuk tujuan mencapai keberlanjutan industri kelapa sawit, bersemangat untuk bekerja dalam kolaborasi, dan merengkuh kepercayaan dalam sains,” ujarnya dalam sambutan pembukaan ICOPE 2018. Ketiga mitra yakni WWF-Indonesia, CIRAD-France, dan Sinar Mas Agribusiness and Food merupakan pemimpin di bidang kegiatan masing-masing. WWF berperan dalam mengidentifikasi isu-isu lingkungan dan mengadvokasi solusi, CIRAD berperan memvalidasi relevansi ilmiah dan ketahanan solusi, dan SMART menguji kelayakan operasional solusi. Keberhasilan ICOPE dalam perkembangannya selama 11 tahun tidak lepas dari dukungan berkelanjutan dari pemerintah Indonesia. “Kami percaya ini adalah kunci yang berkontribusi terhadap keberhasilan ICOPE,” tuturnya. Pada penyelenggaraan ICOPE 2018, pemerintah Prancis melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta dan Singapura bersedia bergabung. “Kami berharap mendapatkan pemerintahan tambahan di tahun-tahun mendatang,” paparnya. Tidak hanya dukungan yang konsisten dari pemerintah, lanjut dia, ICOPE juga didukung oleh beberapa inisiatif seperti RSPO dan ISPO, yang menyambut inisiatif untuk keberlanjutan industri kelapa sawit. Tema konferensi 2018 ini yakni “Merengkuh Minyak Sawit Berkelanjutan: Solusi untuk Produksi Lokal dan Perubahan Global” bertujuan mencari solusi yang berkontribusi terhadap perubahan global dari tren atau risiko negatif saat ini, ketika sedang beroperasi oleh petani, dan meningkatkan kemakmuran mereka.


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar