Politik

Seks Caligula (29) : Raja Marah, Prajurit Dibunuh

Malam di istana. Seperti biasa, malam itu sedang digelar pesta. Selain makanan dan minuman sebagai menu utama. Yang tak bisa ditinggalkan adalah para wanita. Gadis-gadis telanjang disuruh menemani dan merangsang laki-laki. Dan kalau birahi telah memuncak, mereka pun sah-sah saja disetubuhi di arena pesta itu. Caligula datang di pesta ini bersama Drussila dan Caesonia. Ada yang berubah dalam diri wanita ini. Tubuhnya tak langsing lagi. Ia agak gemuk. Itu bisa dimaklumi. Sebab perut permaisuri ini kelihatan buncit. Ia sedang hamil. Ketiga orang terhormat ini dipersilahkan duduk di singgasana tanpa kursi. Mereka bertiga menempati itu. Tak lama kemudian datang tiga gadis cantik. Mereka datang untuk menemani Sang Raja. Mereka telanjang. Duduk manis menunggu perintah. Perintah Sang Raja terhadapnya. Perintah itu sudah bisa diterka. Kalau tidak untuk ditowel dan dimainkan bagian tubuh sensitifnya. Tentu, ia disuruh untuk merangsang Sang Raja. Rangsangan dari tingkat rendah, hanya sekadar menciumi dan mengelus-elus tubuh raja. Sampai rangsangan tingkat tinggi, memainkan oral seks, biseks hingga sodomi. Itu semua dimaklumi. Raja sebagai simbol kekuatan dan kekuasaan, didalamnya secara implisit juga terkandung kekuatan seks dan pemenuhan kebutuhan itu. Untuk itu, dimana saja raja berada, maka perempuan cantik selalu tersedia. Caesonia, sebagai permaisuri yang bekas gundik istana, sangat paham soal itu. Saat Caligula dan rombongan telah duduk, laki-laki ini menepuk tangan. Tiga dara bugil itu pun mendekat. Ia bergelenjot di tubuh raja muda ini, dan dengan buahdada serta mulutnya, gadis-gadis itu menggesek-gesek punggung, paha, dan bagian sensitif raja. Dirangsang seperti itu, Caligula biasa-biasa saja. Untuk memulai acara, musik pun mulai bergema. Suara dari berbagai perkusi itu menghidupkan pesta. Caligula dengan gagahnya berdiri. Ia mengatakan, hari itu ia ingin bergembira. Dan untuk menyemarakkan pesta itu, ia ingin Caesonia menari. Mendengar itu Caesonia protes. Ia sudah hamil tua. Tak mungkin itu dilakukan. Kalaulah dipaksa, ia takut akan keguguran. Bayi yang dikandungnya gugur. Protes Caesonia ini juga diperkuat Drussila. Ia menolak keinginan raja. Tapi Caligula bersikukuh. Ia berdiri sambil marah. Ia menampar Drussila, Sang Adik. Drussila pun keluar pesta. Ia lari. Kabur ke kamarnya. Yang mengejutkan, kemarahan Caligula itu membawa korban lain. Seorang prajurit yang berdiri menghalangi, disuruh dibunuh. Ia ditangkap dan digelandang ke ruang eksekusi. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar