Banyak korban berjatuhan di Gunung Merapi. Korban-korban itu rohnya masih bergentayangan. Berkumpul menjadi satu. Membentuk komunitas, yang disebut masyarakat gaib Kraton Merapi. Mereka hidup layaknya kehidupan nyata. Hanya bedanya, mereka membisu.
Sebutan Gunung paling angker se tanah Jawa bagi Gunung Merapi tidak terlalu berlebihan. Walaupun masih banyak gunung-gunung angker lain, semisal Gunung Lawu, Gunung Slamet atau Gunung Raung. Ribuan manusia tewas jadi tumbal. Penyebabnya ada saja. Jatuh ke jurang. Jatuh ke kawah. Hilang tak jelas rimbanya. Atau tewas kehabisan tenaga. Dan itu lumrah terjadi di Gunung Merapi.
Korban-korban itu belum termasuk yang tewas akibat letusan Merapi. Sejak letusan pertama tahun 1.006 sampai letusan terakhir yang merenggut Mbah Samijan, diperkirakan lima ribu nyawa melayang. Jasad mereka, hanya sebagian yang dikenali. Lainnya hilang ditelan bumi.
Berbicara Gunung Merapi memang tidak akan ada habis-habisnya. Setiap jengkal tanah di Gunung Merapi sarat nilai mistik. Juga penuh dengan hal-hal yang angker. Jadi masuk akal, bila setiap penduduk sekitar Merapi, yaitu Selo, Boyolali, Kaliurang dan sekitarnya menyebut Merapi sebagai gunung terangker di Tanah Jawa. Malah di Indonesia.
Kesadaran itu, yang membuat penduduk yang hidup di sekitar Merapi melakukan selamatan. Ritual keagamaan. Mempersembahkan sesaji untuk keselamatan mereka sendiri. Selain, ada pula sebagian yang melakukan semadi di puncak Merapi, tepatnya di Pasar Setan. Apa yang mereka cari? ''Ya, melakukan komunikasi dengan penjaga Merapi,'' kata Sumarno. (bersambung)