Politik

Menang Tudingan Dumping, Ekspor Biodiesel Kini Dijegal Parlemen Eropa

JAKARTA-Ekspor produk biodiesel sawit belum kunjung membaik. Pasca menang dari tudingan dumping, kini sudah dibayangi ancaman Uni Eropa (UE) yang akan melarang minyak sawit dan turunannya masuk UE. Kondisi itu menurut Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), bahwa kampanye negatif minyak kelapa sawit makin menjadi-jadi. Dan penolakan masuknya produk itu ke Eropa mempersulit ekspor ke benua biru itu. Menurut Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan, pelaku usaha baru saja menghirup angin segar. Itu setelah memenangi gugatan terhadap tudingan melakukan dumping. “Tapi kalau sampai kena (larangan) nanti pada 2021, kita akan sulit lagi. Tahun lalu kita sudah mulai proses itu, tahun ini kita menang soal ‘dumping’, industri sudah siap. Paling kita bisa ekspor 2019-2020, lalu pada 2021 kita stop lagi tidak bisa ekspor ke Eropa,” katanya. Kata Tjakrawan, pada tahun 2014, ekspor biodiesel sawit ke Eropa mencapai 1,8 juta kiloliter. Tapi ekspor itu kemudian turun terkena tuduhan dumping. “Kita sebenarnya bisa tetap ekspor ke Eropa, tapi pajaknya besar, mencapai hingga 22 persen. Kami lalu beralih ke yang lain seperti Amerika, tapi kena kampanye serupa,” katanya. Akhirnya, produksi biodiesel nasional diserap seluruhnya hanya untuk domestik dalam tiga tahun terakhir. Setelah bebas tuduhan dumping, pengusaha biodiesel nasional kini bersiap melakukan ekspor kembali ke Eropa. Meski sulit memulai kembali setelah sekian tahun berhenti mengekspor, namun Paulus berharap volume ekspor bisa terus didorong. “Permintaan sudah ada. Perusahaan yang mampu melakukan ekspor sudah mulai. Harapan kita sih bisa menyamai 2014 hingga 1,8 juta kiloliter,” tuturnya. Parlemen Eropa akan menghapus penggunaan biodiesel dari minyak kelapa sawit, termasuk yang berasal dari Indonesia, di tahun 2021. ass/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar