Politik

Poros Mistik Raja Jawa (1) : Ini Kerajaan Demit di Puncak Merapi

Gunung Merapi di Jawa Tengah sangat angker. Gunung ini merupakan satu di antara empat poros mistik Jawa. Di puncak gunung ini diyakini berdiri kerajaan demit. Yang secara mistis, berhubungan erat dengan Kraton Laut Kidul, Kraton Yogyakarta, Kraton Gunung Lawu, serta Kahyangan nDlepih. Dari empat pancer itulah menurut kepercayaan Jawa, damai dan kisruhnya dunia bermula. Untuk menguak itu perlu melakukan perjalanan spiritual. Mendaki Gunung Merapi, merambah puncaknya, dan meneliti sisi-sisi mistis yang ada di gunung ini. Melalui mediator, kami sempat bertamasya ke alam maya. Melihat satu sisi kehidupan lelembut puncak Gunung Merapi. Mengenali tingkahlakunya, dan mengungkap sejarah kraton gaib ini. Gunung Merapi sebagai pusat lelembut sudah lama dikenal. Posisinya mengental, tatkala Mataram Islam mulai berdiri. Itu tertuang dalam Babad Tanah Jawi. Disebutkan, tatkala bakal calon raja Mataram itu mendapat kesulitan, Panembahan Senopati berbagi tugas dengan Ki Juru Martani. Mereka meminta bantuan para lelembut, untuk menjabarkan apa yang bakal terjadi. Panembahan Senopati menuju Laut Selatan, melakukan dialog dengan Ratu Kidul di Gua Langse yang terletak di Parang Endog (Timur Parangtritis). Inti dialog itu berupa permohonan, agar dirinya dibantu manakala dalam kesulitan. Sedang Ki Juru Martani mendaki puncak Gunung Merapi, melakukan hal sama, meminta bantuan para lelembut di gunung mistis itu (de Han & de Graff). Dan posisi keraton lelembut Merapi ini kian penting, tatkala pasukan Pajang menyerbu Mataram dengan kekuatan penuh. Ki Juru Martani yang mendaki Gunung Merapi pun benar-benar menerima bantuan. Turun perintah dari raja lelembut Merapi. Katanya, jika sudah terdengar suara letusan Gunung Merapi, maka canang Kiai Bicak harus dipukul disertai teriakan. "Pada malam hari itu, pukul tujuh, Gunung Merapi meletus di tengah-tengah kegelapan. Hujan lebat, hujan debu, gempa bumi, banjir, dan bencana alam lain yang menyeramkan. Orang Mataram memukul canang Kiai Bicak. Banjir menggenangi kubu Pajang, yang memaksa mereka melarikan diri dalam kebingungan. Sultan Pajang terseret dalam kekacauan itu," demikian Babad Tanah Jawi membuat kesaksian. (bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar