PEKANBARU- Malaysia berharap sikap Prancis melawan resolusi Eropa menjadi kenyataan. Itu terkait larangan impor minyak sawit dari negara-negara Asia, selama sesi negoisasi antara Dewan Menteri Uni Eropa dan anggota Parlemen Uni Eropa.
Dalam pertemuan itu Datuk Seri menuturkan, bahwa ada dukungan terbuka dari perwakilan Pemerintah Prancis untuk industri kelapa sawit yang berkelanjutan. Ini mampu memperbaiki persepsi negatif di antara menteri dari 28 negara-negara Uni Eropa (UE) yang akan mengambil bagian dalam perundingan.
Mah, mengatakatan kembali tentang 751 anggota parlemen UE, bahwa Prancis memiliki jumlah perwakilan tertinggi kedua dari 74 anggota dibandingkan dengan Negara Jerman 96 anggota di parlemen.
Negeri Jiran berharap, agar perwakilan Negara Prancis akan mempertimbangkan dan mendukung upaya Malaysia untuk membela dan menegakkan keadilan sosial bagi 650.000 petani kecil lainnya.
Datuk Seri menambhakan, ekspor dari Negara Malaysia-Prancis bisa mencapai RM 5 miliar, terutama pada produk listrik dan elektronik serta produk karet.
Itu dikatakan Mah saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly. Dalam pertemuan itu Parly mengatakan, bahwa Prancis tidak mendukung kebijakan Negara UE dalam melarang biofuel dan tindakan diskriminatif di tahun 2020 mendatang, Negara Prancis sangat menghargai niat baik dari Negeri Jiran dalam melawan kebijakan parlemen UE.
Parly mengomentari kembali, bahwa resolusi parlemen Eropa mendesak pekerja untuk menghapuskan minyak sawit dari program biofuel UE pada tahun 2020 mendatang tidak konstruktif. Karena itu bisa mengakibatkan kerusakan hutan. emilly/mpoc