Politik

Lebaran Kedua, Ketum GAPKI Wayangan di Nganjuk

Meluapkan rasa syukur, tiap orang berbeda-beda. Yang menarik adalah apa yang dilakukan Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ini. Tiap dua tahun sekali, sang ketum ini selalu ‘wayangan’. Menggelar pagelaran wayang kulit. Sebagai Orang Jawa yang disemaikan dengan budaya Jawa, Joko Supriyono tidak tercerabut dari akarnya. Kendati dia sudah melanglang ke berbagai negara untuk melakukan diplomasi dan berbisnis, tetapi dia tetap kental dengan budaya leluhurnya. Saban dua tahun sekali dia melakukan hajatan nanggap wayang. Mendatangkan dalang terkenal yang ada di Jawa, untuk memainkan episode dari adaptasi kisah Mahabharata yang sarat dengan filsafat Jawa itu. Tuntunan hidup baik berdasar ajaran leluhur Jawa. Dalam tontonan wayang kulit ini selain menghibur, karena banyaknya ‘guyonan’ yang dilakukan ponakawan Semar, Petruk, Gareng dan Bagong, juga banyak sindiran yang bersifat kekinian dan perenungan. Untuk itu di setiap daerah Jawa, utamanya Jawa Timur dan Jawa Tengah, wayang kulit selalu dipenuhi penonton. Mereka gayeng semalaman duduk melihat dan mendengar sang dalang memainkan tokoh-tokoh wayangnya. Sambil tertawa ngakak, penonton pun diberi wawasan apa yang sedang terjadi di negeri ini, serta mengajak penonton untuk merenung, bahwa hakekat hidup itu adalah saling menghargai sesama. Memanusiakan manusia, agar tercipta tata tentrem karta raharja, negara tertata, hidup harmonis dan sejahtera. Nah untuk menyambut lebaran kali ini, cerita yang akan dipagelarkan adalah ‘Bimo Suci’. Sebuah kisah tentang ksatria Bima atau Werkudara yang tidak punya tatakrama tetapi sikapnya jujur. Kejujuran itu terkadang dimanfaatkan orang lain  yang mencelakan diri sendiri dan negara. Terkesan, dari cerita yang diambil ini, maka Ketua GAPKI itu secara implisit melihat fenomena yang sedang melanda perpolitikan negeri ini, dan berharap ‘ksatria-ksatria’ yang banyak korupsi itu untuk disucikan. Kesucian itu penting untuk menyelamatkan ‘ksatria-ksatria’ itu agar tidak masuk terali besi, dan mereka menjadi kekuatan untuk membentengi negeri ini dari infiltrasi asing. Pagelaran wayang ini dilakukan H+2 idul fitri, di Dusun Kajang, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, 27 Juni 2017. Acaranya dikemas sebagai tasyakuran, sekaligus reuni  SMPN Nganjuk angkatan 76. Sedang dalang yang akan memainkan wayang-wayang itu adalah Ki Sigid Ariyanto dari Rembang, Jawa Tengah. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar