Politik

Sawit dan Kedelai Ikut Terdampak La Nina di Tahun 2018

La Nina lemah ternyata tetap berdampak di tahun 2018 ini. Ramalan dari Biro Meteorologi Australia (BoM) itu menyisakan persoalan. Sebab badai itu masih bertahan di Pasifik tropis. Namun untuk mengklasifikasikan tahun 2017 dan 2018 sebagai tahun La Nina, maka perlu syarat yang harus dipenuhi. Setidaknya, tiga bulan ke depan guyuran hujan masih terus berlangsung, dan itu hingga bulan Februari atau Maret 2018. Dampak dari hujan tak biasa dari La Nina ini juga akan mempengaruhi  negara penghasil minyak kelapa sawit, utamanya Indonesia dan Malaysia. Hasil Tandan Buah Segar (TBS) akan menurun. Itu karena gangguan operasional dan kegagalan oleh penyerbukan yang buruk. Sejauh ini di Malaysia, para pekebun belum merasa terpengaruh dengan La Nina. Juga para pekebun sawit di Indonesia. Mereka menganggap hasil produksinya masih bagus, dan belum terjadi penurunan produksi. Badai La Nina juga dikhawatirkan akan berdampak terhadap produktifitas kedelai. Curah hujan di bawah normal di bulan Januari dan Februari 2018 akan berpengaruh di Amerika Utara dan Amerika Selatan, yang menyebabkan persediaan kedelai akan menipis, yang akan menguntungkan bagi sawit. Harga minyak kelapa sawit akan terkatrol naik. Terkait La Nina ini, beberapa analis di unit penelitian Malaysia menyebut, bahwa harga minyak sawit akan membaik. Kendati masih sedikit di bawah harga rata-rata tahun 2017. Apalagi bulan Januari dan Februari ini memasuki musim produksi. Proyeksi mereka harga minyak sawit (CPO) rata-rata pada RM 2,700 per ton pada 2018.  Turun tipis dari harga RM 2.783 per ton pada tahun 2017. Ada juga kans untuk melebihi harga itu, tetapi juga terdapat kemungkinan adanya penurunan permintaan dari segi kuantitas. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar