Politik

Negara Produsen Minyak Sawit Berharap Rezeki Imlek China

Harga Crude Palm Oil (CPO) kelapa sawit memang cenderung naik di bulan Januari 2018. Namun permintaan yang belum seirama membuat prospek minyak sawit masih dispekulasikan. Kini para negara produsen CPO mulai berharap dari China. Dalam waktu dekat ini Negara Tirai Bambu itu akan punya gawe besar di bulan Februari, yaitu Hari Raya Imlek. Diharap, mendekati Imlek itu China akan menambah kebutuhan minyak sawitnya. Sedikit kilas balik, harga CPO rata-rata di tahun 2017 mengalami kenaikan menjadi sekitar RM  2.815 per ton dibandingkan dengan tahun 2016 yang RM  2.653 per ton. Dan Kenanga Research terakhir memperkirakan harga CPO di level RM  2.400 per ton pada tahun 2018. Meskipun punya prospek jangka pendek yang bagus, tetapi diperkirakan harga CPO rata-rata lebih lemah dari RM  2.400 per ton pada tahun 2018. Itu sedikit menurun, sebesar 11% dari RM 2,700 per ton di tahun 2017. "Ini terutama disebabkan oleh tren kenaikan produksi sektoral karena pekebun di Malaysia dan Indonesia mengalami pemulihan dari kekeringan parah di tahun 2015-2016 karena El Nino yang super ," tambahnya. . Persediaan yang habis sebagian besar dipulihkan pada tahun 2017. Dan, kata Kenanga Research, penurunan tipis harga CPO itu kemungkinan akan terjadi di semester dua  tahun 2018. Sedang untuk produksi dinilainya masih diuntungkan. Cuaca basah La Nina di awal tahun, dan dukungan potensial dari harga minyak mentah yang lebih baik akan membuat fluktuasi harga dan produksi tidak terlalu terasakan. "Taapi dalam jangka pendek, kami mengharapkan permintaan dari China menaikkan permintaan, mengingat Tahun Baru Imlek mulai  akhir Februari," kata Kenanga Research. Kenanga Research menunjukkan, bahwa La Nina yang lemah mungkin tidak punya  dampak signifikan dibandingkan dengan musim hujan khas yang terlihat di kawasan ini.  "Sebab hanya fenomena La Nina sedang sampai berat yang akan dilihat sebagai katalis harga yang signifikan (untuk CPO),". Tambahnya. Seperti diketahui, produksi CPO meningkat pada tahun 2017 pasca El Nino. Ini  sebuah situasi yang mengakibatkan kekeringan parah yang mempengaruhi produksi Tandan Buah Segar (TBS). Selama fenomena El Nino yang besar pada tahun 1997 dan 1998, produksi minyak kelapa sawit lokal mengalami pertumbuhan sangat besar di tahun berikutnya. Saat ini, perkebunan lokal sudah menunjukkan tanda pertumbuhan output yang sama, menyusul super El Nino yang terlihat pada 2015-2016. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar