Ekspor minyak sawit mentah (CPO) Malaysia ke India mengalami penurunan. Itu akibat langsung dari pengenaan bea masuk impor yang diterapkan negeri itu hingga 100%.
Sisi lain, menurut survei yang dilakukan terhadap 22 area perkebunan oleh tim CIMB Futures menunjukkan, bahwa produksi minyak sawit mentah Malaysia (CPO) kemungkinan tumbuh sebesar 1% bulan ke bulan (m/m) menjadi 2,03 juta ton.
Ekspor minyak sawit Malaysia ini kemungkinan turun sekitar 6,4% (m/m). Itu berdasarkan statistik ekspor yang dikeluarkan Societe Generale de Surveillance (SGS) dan Intertek Testing Services (ITS). Namun berkat itu, diperkirakan persediaan minyak sawit Malaysia meningkat sebesar 14% menjadi 2,5 juta ton. Angka resmi akan dirilis Senin depan.
Proyeksi peningkatan produksi CPO 1%. Sedang penurunan rata-rata di bulan November sebesar 9%. Namun rebound yang lebih kuat dari yang diperkirakan terjadi di Sabah dan Semenanjung Malaysia.
Perkiraan menunjukkan, bahwa output CPO meningkat 29% year-on-year (yoy) pada bulan November 2017. Kendati perkiraan awal menunjukkan, bahwa output CPO bisa turun 1,5% pada bulan ini.
Ekspor minyak sawit Malaysia turun sekitar 6,4% pada November 2017 berdasarkan perkiraan dari surveyor kargo SGS (-7,5% untuk m/m) dan Intertek (-5,3% m/m).
Penurunan ekspor itu disebabkan oleh melemahnya permintaan dari India (-36% m/m) karena sebagian melakukan destocking menyusul kenaikan bea masuk baru-baru ini pada minyak sawit mentah dan minyak sawit olahan sampai 30% dan 40%, dari 15% dan 25%.
Harga rata-rata CPO turun sejak November sebesar 3% menjadi RM 2.657 per ton. Penyebabnya, karena kekhawatiran konsumsi minyak sawit India akan turun menyusul kenaikan 15% bea masuk pada pertengahan November lalu.
Namun, penurunan itu justru membantu Malaysia memberi harga murah (diskon) untuk pembelinya. Itu untuk melawan minyak kedelai menjadi US $ 200 (RM 814) per ton versus US $ 146 per ton. jss