Politik

Berkah Musim Hujan, Tahun 2018 Harga CPO Menguat

Kuartal pertama tahun depan (2018) harga Crude Palm Oil (CPO) ditaksir naik. Itu karena faktor cuaca yang menurunkan poduksi Tandan Buah Segar (TBS). Ini dikatakan Direktur PT Garuda Berjangka, Ibrahim. Kenaikan harga CPO pada kuartal I/2018 itu sangat signifikan hingga mencapai level 2.800 ringgit per ton. Angka itu terpaut jauh dari harga pada kuartal IV/2017 yang berada pada level 2.650 per ton. Menurut Ibrahim, musim hujan teryata menjadi sentimen positif. Curah hujan mendorong kenaikan harga CPO pada kuartal I/2018 mendatang. Sebab di musim hujan itu produksi CPO berisiko menurun lantaran panen tandan buah segar (TBS) terganggu dan transportasi tersendat. “Kondisi terganggunya produksi CPO karena musim dingin akan mengangkat harga CPO. Itu terutama terjadi di Indonesia dan Malaysia sebagai dua produsen terbesar dunia,” ujarnya Kamis (16/11). Indonesia dan Malaysia adalah produsen terbesar CPO minyak sawit dunia. Kedua negara ini menyumbang 85% produksi minyak sawit dunia dan 91,2% pasar ekspor dunia. Dari data Bank Dunia, produksi CPO Indonesia pada musim 2016/2017 mencapai 34 juta ton dan Malaysia 18,86 juta ton. Sedang data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), untuk tahun ini produksi CPO sawit Indonesia sudah tembus 4,03 juta ton. Bulan September merupakan puncak produksi CPO Indonesia itu. Menurut Ibrahim, cadangan sawit juga akan berkurang karena adanya peremajaan tanaman sawit. Pasalnya, tanaman sawit muda baru memasuki masa panen saat berumur 4-5 tahun. Proses replanting ini dinilai sebagai faktor yang berisiko mengurangi produksi CPO pada kuartal pertama tahun depan. Sedang Bloomberg memberiakan, bahwa salah satu perusahaan yang memproduksi minyak kelapa sawit terbesar di Indonesia, PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) diperkirakan produksi kelapa sawit mencapai 2,1 juta ton pada tahun depan. Jumlah ini terbilang stagnan dibandingkan dengan perkiraan produksi tahun ini sebesar 2,1—2,2 juta ton. Selain kedua faktor itu, sentimen lain datang dari komoditas substitusi CPO, yaitu minyak kedelai. Saat harga minyak kedelai menguat, harga CPO berpeluang naik. Tetapi pelaku pasar cenderung memilih CPO saat harga minyak kedelai melambung. Dari segi permintaan, prospek lain juga terbuka. Sebab, menurut Ibrahim, Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOP) kemungkinan akan mulai mengimplementasikan kerja sama produksi minyak sawit untuk bahan bakar pesawat jet pada 2018. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar