JAKARTA - Menteri Koordinatoor Perekonomian Airlangga Hartarto, menjelaskan kinerja ekspor pada kuartal II 2021 tumbuh tinggi, yakni sebesar 31,78 persen. Di mana salah satu pendukungnya ialah ekspor komoditas kelapa sawit.
Komoditas kelapa sawit berkontribusi terhadap 3,5 persen PDB nasional, serta 13 persen dari total ekspor non migas sebesar USD 11,5 Miliar hingga Mei 2021 dan USD 18,4 Miliar pada 2020.
"Tercatat, harga CPO internasional terus mengalami kenaikan mencapai USD1.100 per MT, yang berdampak pada membaiknya Nilai Tukar Petani (NTP) >103,4 seiring meningkatnya harga TBS berkisar 1.800-2.100 per kg," ujar Airlangga, dalam Webinar Peran dan Strategi Komunitas Sawit dalam Mendukung Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Rabu (18/8/2021), seperti yang dilansir dari jpnn.
Airlangga mengatakan, industri kelapa sawit nasional telah berkontribusi mengentaskan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja untuk lebih dari 16 juta pekerja.
"Dengan kata lain, industri kelapa sawit merupakan sektor strategis bagi perekonomian masyarakat yang perlu dikawal tidak hanya oleh Pemerintah saja, namun oleh semua komponen masyarakat," kata Airlangga.
Ketua Komite Pengarah Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit, menambahkan untuk mendukung domestik demand dari produk sawit, pemerintah terus mendorong kebijakan melalui pengembangan biodiesel (B30) sebagai salah satu alternatif BBM.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil.
"Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya Pemerintah dalam mengurangi emisi karbon dan mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan rendah karbon," tutur Airlangga.
Selain itu untuk menegaskan komitmen Indonesia dalam penurunan deforestasi dan Emisi gas rumah kaca dari sektor kelapa sawit.
Pemerintah telah membuat kebijakan Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil atau ISPO).*