Ekonomi

Ekspor Cangkang Sawit Bengkulu Makin Anjlok

BENGKULU - Ekspor komoditi cangkang sawit di Provinsi Bengkulu terus mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat ekspor cangkang sawit di Bengkulu hingga Juli 2020 mengalami penurunan hingga -42 persen.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, mengaku ekspor cangkang sawit mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. 

Tercatat, hingga Juli 2020 ekspor cangkang sawit Bengkulu hanya 38.950 ton. Jumlah ini turun sangat jauh, yakni mencapai 28.952 ton dibandingkan tahun 2019 di periode yang sama, yakni 67.902 ton.

"Kita melihat volume ekspor cangkang sawit kita menurun, begitu juga nilai ekspornya,” kata Win, Kamis (3/9). 

Win mengaku, nilai ekspor cangkang sawit dari Januari hingga Juli 2020 mencapai US$ 3,1 juta atau lebih rendah dibandingkan Januari hingga Juli 2019 yang tercatat mencapai US$ 5,4 juta. 

Penurunan nilai ekspor tersebut kemungkinan disebabkan pandemi Covid-19 yang beberapa bulan terakhir menghantam sejumlah negara di dunia termasuk Indonesia. “Kemungkinan ini semua disebabkan oleh pandemi Covid-19,” ujarnya. 

Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Bengkulu, Erwin Noviansyah mengaku, penyebab turunnya ekspor cangkang sawit di Bengkulu disebabkan oleh tingginya pajak bea keluar dan dana pungutan sawit di Indonesia. 

Bahkan besaran pungutan sawit saat ini yang mencapai US$ 22 per ton saja sudah menurunkan ekspor. Apalagi saat ini pemerintah berencana akan menaikkan lagi dana pungutan sawit menjadi US$ 20, sehingga total beban eksportir untuk pajak ekspor dan pungutan sebesar US$ 27 per ton, atau 33% dari harga produknya.

“Dengan naik menjadi US$ 22 saja hampir 90% eksportir tidak melakukan ekspor dan terpaksa merugi. Ini jadi kendala kita. Di satu sisi diminta genjot ekspor, tetapi dana pungutan yang tinggi ini jadi rintangan,” jelasnya.*


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar