Politik

Sinergitas Berhasil Turunkan Kebakaran Hutan dan Lahan Hingga 71,5%

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengalami penurunan yang sangat signifikan. Penurunan itu mencapai hingga 71,5% dibanding pada tahun sebelumnya. Itu dikatakan Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK Raffles B Panjaitan, berdasarkan pemantauan citra satelit yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) sejak Januari-September 2017. Dalam pantauan itu, luas Karhutla tercatat seluas 124.983 hektare. Angka ini, kata Raffles, jauh menurun hingga 71,5 persen dibandingkan 2016, yaitu seluas 438.360 hektare.”Ini lebih signifikan lagi jika dibandingkan 2015 yang mencapai angka 2,61 juta hektare,” katanya. Pasca kejadian kebakaran tahun 2015, menurutnya, pemerintah mulai mengedepankan upaya pencegahan dan melakukan respons dini sebelum fase krisis. Sebelumnya, upaya yang diambil lebih fokus pada kejadian Karhutla saat fase krisis. Menurutnya, kunci penting keberhasilan penanganan Karhutla pada 2017 ini tidak lepas dari sinergi dan kerja sama antara para pihak, seperti Manggala Agni Kementerian LHK, BNPB, BPBD, TNI, Polri, pemerintah daerah, pihak swasta, tokoh masyarakat, dan para pihak terkait lainnya. Sinergitas itu, kata Raffles membuahkan hasil yang nyata di lapangan. ”Meskipun kebakaran masih terjadi di beberapa daerah, namun tidak menimbulkan dampak asap yang meluas dan tidak menimbulkan kerugian besar seperti kejadian tahun 2015 lalu,” katanya. Berdasarkan pantauan Posko Dalkarhutla Kementerian LHK pada satelit NOAA, Sabtu (21/10), pukul 20.00 WIB, ada 14 titik panas yang tersebar di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur masing-masing satu titik, Sulawesi Tengah empat titik, serta Sulawesi Tenggara dua titik. Sedangkan, 26 titik panas juga terlihat oleh Satelit TERRA AQUA (NASA) dengan confidence level lebih dari 80 persen yang tersebar di beberapa wilayah provinsi rawan Karhutla dan provinsi lainnya di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Itu artinya, berdasarkan satelit NOAA untuk periode 1 Januari hingga 21 Oktober 2017, terdapat 2.471 titik panas atau hotspot di seluruh Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama pada 2016, tercatat sebanyak 3.701 hotspot, sehingga terdapat penurunan sebanyak 1.230 hotspot atau sebesar 33,23 persen. Penurunan sejumlah 1.647 titik atau 44,57 persen juga ditunjukkan oleh satelit TERRA-AQUA (NASA) dengan confidence level lebih dari 80 persen yang mencatat 2.048 hotspot pada tahun ini. Sebelumnya, pada tahun 2016 tercatat sebanyak 3.695 hotspot. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar