JAKARTA - PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR) akan menambah kapasitas pabrik biodiesel yang berlokasi di Tarjun, Kalimantan Selatan sebesar 1.500 tons per hour (TPH).
Investor Relations Sinar Mas Agribusiness and Food, Pinta S Chandra mengungkapkan, penambahan kapasitas ini ditujukan untuk mendukung program pencampuran bahan bakar nabati pemerintah Indonesia yang terus meningkat.
"Penambahan kapasitas pabrik biodiesel ini ditargetkan selesai pada 2021 dan dapat menyumbang pendapatan SMAR pada 2022," kata dia.
- Baca Juga Astra Agro Raih Anugerah Tempo dan TII
Sebagai informasi, emiten berkode saham SMAR ini memiliki dua kilang biodiesel yang masing-masing berkapasitas 300.000 ton per tahun. Kilang tersebut berlokasi di Marunda, Jakarta dan Tarjun.
Selain itu, SMAR juga akan meningkatkan kemampuan pabrik refinery demi menghasilkan produk berkualitas tinggi. Hal ini dilakukan dengan penambahan proses crude palm oil (CPO) washing dan penggunaan sistem vacuum ice condensing di refinery SMAR yang ada di Marunda-Jawa Barat, Belawan-Sumatera Utara, Surabaya-Jawa Timur, dan Tarjun-Kalimantan Selatan.
SMAR juga akan menambah polishing di refinery yang berlokasi di Tarjun. Pinta mengatakan, peningkatkan kualitas refinery ini ditargetkan dapat selesai seluruhnya pada semester II-2020. "Dengan begitu dapat menyumbang pendapatan pada 2021," ucap dia.
Dana untuk melakukan penambahan kapasitas biodiesel serta peningkatan kualitas refinery bersumber dari penerbitan obligasi. SMAR akan menawarkan Obligasi Berkelanjutan II SMART Tahap I Tahun 2020 dengan nilai pokok Rp1 triliun. Ini adalah bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan II SMART dengan target dana yang dihimpun sebesar Rp3 triliun.
Berdasarkan prospektus SMAR, setelah dikurangi biaya emisi, sebesar 51% atau sekitar Rp510 miliar akan digunakan untuk belanja modal peningkatan kualitas refinery.
Sebagian anggaran belanja modal ini telah diambil dari kas internal SMART. Oleh karena itu, sebesar 61% dari sekitar Rp510 miliar dana obligasi bakal digunakan untuk mengganti kas yang telah digunakan untuk ekspansi ini. Sementara sebesar 39% akan digunakan untuk penyelesaian belanja modal tersebut.
Kemudian, sisanya 49% dari Rp1 triliun akan digunakan untuk membiayai sebagian belanja modal, yakni untuk penambahan kapasitas pabrik biodiesel. (*)