Ekonomi

Harga CPO Tergelincir Menuju 2.400 Ringgit

Ilustrasi CPO. (Int)

JAKARTA - Harga minyak kelapa sawit atau CPO mengalami koreksi seiring dengan penurunan harga minyak yang mengikis daya prospek bahan bakar nabati (biofuel).

Pada penutupan perdagangan Rabu (26/2/2020), harga CPO di Bursa Malaysia turun 0,78 persen atau 19 poin menuju 2.419 ringgit per ton. Harga pun terkoreksi 19,11 persen sepanjang tahun berjalan.

Mengutip Bloomberg, harga CPO tertekan akibat turbulensi politik di Malaysia, sehingga dapat menghambat program biodiesel yang menggunakan campuran olahan minyak sawit. Adapun, harga minyak global juga anjlok ke level terendah dalam 1 tahun terakhir.

Bila harga minyak naik, biasanya harga CPO juga akan terkerek karena membuat harga biofuel lebih kompetitif. Di sisi lain, kekhawatiran virus corona berdampak terhadap prospek permintaan CPO.

Sementara itu, dari Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia, stok minyak sawit pada Januari 2020 kemungki anjlok ke level terendah dalam 3 tahun terakhir karena stabilnya permintaan dan berkurangnya pasokan.

Mengutip median 6 analis Bloomberg, persediaan CPO pada Januari 2020 diperkirakan turun 18 persen dari Desember 2019 menjadi 3,78 juta ton. Itu menjadi level terendah sejak Mei 2017.

Menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), pada Januari 2020 konsumsi domestik naik 2,8 persen menjadi 1,47 juta ton dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, ekspor turun 28 persen menjadi 2,37 juta ton, dan produksi terkoreksi 6 persen menuju 3,57 juta ton.

Pemilik Palm Oil Analytics Sathia Varqa menuturkan sorotan utama pelaku pasar pada Januari 2020 ialah peningkatan konsumsi Indonesia, terutama yang berkaitan dengan program B30. Mandat B30 diperkirakan menyerap 9 juta—10 juta ton CPO pada 2020.

Adapun, permintaan CPO untuk industri makanan dan minuman diperkirakan mencapai 8 juta ton. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar