Ekonomi

Gapki Sebut Harga CPO Sumsel Terdampak Virus Corona

Kelapa sawit. (Int)

PALEMBANG - Pengusaha kelapa sawit di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) menyebut harga minyak kelapa sawit mentah telah anjlok 10 persen lantaran terdampak kasus wabah virus Corona.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel, Alex Sugiarto mengatakan, penurunan harga komoditas itu terjadi selama dua pekan terakhir atau bertepatan dengan merebaknya virus Corona di Wuhan, China.

"Saat ini harga tender CPO (crude palm oil) di KPB (Kantor Pemasaran Bersama Nusantara) senilai Rp8.400 per kilogram. Harga itu sudah turun 10 persen," katanya di sela konferensi pers Forum Andalas II 2020, Selasa (4/2/2020).

Alex menjelaskan China memang merupakan tujuan ekspor CPO dari Indonesia. Kasus Corona tersebut, kata dia, membuat permintaan komoditas itu menurun lantaran banyak kota-kota yang diisolasi.

Saat ini, kata dia, pengusaha sawit berupaya menerapkan efisiensi di tengah pelemahan harga.

"Kami harus menekan cost, efisiensi. Walaupun, kami tetap harus membayar pekerja dengan UMP yang naik 8,5 persen tahun ini," katanya.

Namun demikian, dia melanjutkan, pihaknya optimistis harga CPO dapat rebound setelah kasus virus Corona mereda. Hal itu sesuai pula dengan sejumlah proyeksi yang menaksir bahwa harga komoditas sawit lebih baik pada tahun ini dibanding tahun lalu.

"Sebetulnya kalau kita lihat penurunan harga CPO saat ini hanya bersifat sementara, karena terdampak isu Corona saja. Namun selepas dari momen itu, harga bisa membaik karena banyak faktor yang mendukungnya," katanya.

Alex memaparkan sebelum terjadi wabah virus Corona, harga sawit sejak akhir tahun 2019 telah menunjukkan tren peningkatan. Adapun faktor pendukung untuk peningkatan harga CPO berasal dari dalam negeri dan perkembangan di sektor hulu.

Dia memaparkan, kondisi internal berupa keputusan pemerintah untuk menerapkan B-30. Artinya, ada penambahan konsumsi di dalam negeri sekitar 3 juta ton dan bisa memengaruhi pasokan ke pasar global.

"Selain itu produksi di kebun sudah turun 20 persen sampai 30 persen karena belakangan petani tidak memupuk sawit akibat pengaruh harga jelek. Jadi, sebetulnya secara pasokan di pasar yang saat ini berkurang mendukung untuk terjadinya peningkatan harga," paparnya.

Apalagi, dia melanjutkan, negara tetangga yang juga produsen sawit, Malaysia, sedang melakukan peremajaan kebun-kebun sawit tua. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar