Ekonomi

Komitmen Serapan Sawit Berkelanjutan Masih Rendah

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Penilaian yang dilaksanakan oleh World Wildlife Fund (WWF) dengan tajuk ‘WWF Palm Oil Buyers Scorecard’ menunjukkan bahwa sebagian perusahaan penyerap minyak sawit belum mampu mendukung praktik produksi kelapa sawit yang berkelanjutan.

Hal ini terlihat dari capaian skor yang masih rendah dalam hal komitmen pengurangan penggunaan sumber bahan baku yang tidak ramah lingkungan.

Dalam edisi kelima selama 10 tahun terakhir ini, WWF’s Palm Oil Buyers Scorecard meneliti 173 perusahaan ritel besar, produsen, dan perusahaan makanan asal Amerika Serikat, Kanada, Eropa, Australia, Singapura, Indonesia, dan Malaysia dengan merek-merek ikonik seperti Carrefour, L'Oreal, McDonald, Nestle, Tesco, dan Walmart.

"Scorecard ini sendiri dapat digunakan perusahaan sebagai tolak ukur dengan harapan kebijakan dan tindakan yang diambil dapat ikut menjawab tantangan lingkungan dan perubahan iklim yang semakin mengancam kehidupan manusia di bumi," mengutip WWF dalam keterangan resminya, Selasa (21/1/2020).

Scorecard juga menunjukkan bahwa komitmen anggota Consumer Goods Forum (CGF) untuk memastikan rantai pasoknya terbebas dari praktik ilegal maupun merusak lingkungan, belum seluruhnya terpenuhi.

Dari 53 perusahaan anggota CGF, tercatat hanya 10 perusahaan yaitu, Ferrero, Kaufland, L'Oréal, Marks & Spencer, Mark dm-drogerie, The Co-operative Group UK (Inggris), Rewe Group, Mars, Friesland Campina, dan Nestlé yang telah menunjukkan implementasi komitmennya secara sungguh-sungguh sehingga dapat menduduki 10 peringkat teratas.

Scorecard juga menunjukkan bahwa hanya sekitar seperempat dari perusahaan yang dinilai yang telah memiliki inisiatif berupa implementasi program untuk mengurangi risiko terjadinya kelapa sawit yang tidak berkelanjutan.

Scorecard pun menunjukkan hasil yang tidak terlalu menggembirakan pada penilaian penggunaan kelapa sawit bersertifikasi berkelanjutan (CSPO) dalam rantai pasok. Tercatat kurang dari setengah yang menggunakan 100 persen CSPO dan hanya seperempat perusahaan yang mewajibkan pemasok mereka menjadi bagian dalam mendukung terjaganya kelestarian hutan dan alam.

Terdapat seperempat perusahaan yang dinilai bahkan belum menunjukkan komitmennya sama sekali untuk menggunakan sawit berkelanjutan. Hal ini termasuk perusahaan perusahaan besar dari Asia sehingga memunculkan sinyal bahwa pasar Asia masih tertinggal dalam membeli dan memperdagangkan kelapa sawit yang berkelanjutan.

"Di Indonesia, dukungan ritel dan produsen terhadap pengadaan kelapa sawit berkelanjutan perlu ditingkatkan. Partisipasi aktif pelaku industri ritel akan berdampak positif bagi pemenuhan hak konsumen dalam mendapatkan opsi membeli produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," kata Direktur Kebijakan dan Advokasi WWF Indonesia, Aditya Bayunanda.

Di Indonesia, Aditya memberi contoh bahwa Ahold Delhaize dengan nama Superindo telah berinisiatif untuk memastikan house brand produk minyak goreng yang dipasarkan mereka berasal dari rantai pasok yang tidak terlibat dalam praktik ilegal maupun merusak lingkungan.

"Kepemimpinan seperti ini yang diharapkan oleh WWF-Indonesia dapat menjadi pemicu pelaku bisnis lainnya untuk melakukan hal serupa," imbuhnya.

Ke depan, kelapa sawit berkelanjutan didorong untuk menjadi sebuah norma baru di dalam sektor industri ritel Indonesia. Oleh karenanya, scorecard global ini dinilai Aditya akan memberi dampak positif jika diadopsi di tingkat nasional sebagai acuan untuk menyusun strategi perbaikan kinerja dan tata kelola usaha menuju berkelanjutan.

"Lebih dari itu, produsen dan ritel yang menjamin produk-produknya menggunakan sawit berkelanjutan menjadikan diferensiasi dari perusahaan sejenis dan dapat memenangkan kompetisi di hati konsumen," kata Aditya. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar