Ekonomi

Persediaan CPO Malaysia Turun ke Level Terendah 2 Tahun

Kelapa sawit. (Int)

JAKARTA - Persediaan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Malaysia, produsen terbesar kedua di dunia, kemungkinan turun ke level terendah dalam lebih dari dua tahun untuk periode Desember 2019 karena produksi juga melemah ke level terendah dalam 18 bulan terakhir.

Menurut jajak pendapat Bloomberg terhadap beberapa analis, stok CPO Malaysia Desember 2019 diperkirakan turun sekitar 8,4 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya menjadi 2,07 juta metrik ton, level terendah sejak September 2017.

Penurunan tersebut juga akan menjadi penurunan bulanan ketiga berturut-turut dan menjadi persediaan dengan level persediaan akhir tahun paling kecil sejak 2016.

Selain itu, berdasarkan jajak pendapat tersebut, produksi CPO Malaysia juga turun 12,3 persen dari bulan sebelumnya menjadi 1,35 juta ton, penurunan ketiga berturut-turut dan tingkat produksi bulanan terlemah sejak Juni 2018.

Perkiraan itu akan berarti produksi CPO Malaysia selama setahun penuh 2019 berada di sekitar 19,87 juta ton dan ekspor CPO Desember kemungkinan akan turun 5,7 persen menjadi 1,32 juta ton, memperpanjang penurunan untuk bulan kedua.

Adapun, Dewan Minyak Sawit Malaysia akan merilis data produksi dan persediaan CPO pada 10 Januari.

Sementara itu, Pemilik Oil Analytics Sathia Varqa memperkirakan bahwa produksi CPO Malaysia sepanjang 2019 berada di kisaran yang lebih tinggi dari capaian produksi 2018, tetapi gagal untuk mencapai 20 juta ton, batas produksi yang diharapkan Malaysia selama 3 tahun terakhir.

“Ke depan, produksi tahun ini secara luas diperkirakan tetap di bawah 20 juta ton karena efek cuaca kering yang bertahan sejak 2019,” ujar Sathia, Senin (6/1/2020).

Perkiraan persediaan CPO Malaysia periode Desember 2019 berkisar antara 1,94 juta ton hingga 2,19 juta ton, sedangkan perkiraan produksi CPO Malaysia turun dari 1,30 juta ton menjadi 1,43 juta ton, dan perkiraan untuk ekspor CPO Malaysia untuk Desember 2019 antara 1,26 juta dan 1,4 juta ton.

Dia mengatakan, persediaan dan produksi CPO Malaysia yang lebih rendah akan menambah kekuatan harga CPO untuk reli pada perdagangan awal tahun ini, melanjutkan tren bullishnya sejak pertengahan 2019. Dia menilai produksi yang lebih rendah dari yang diperkirakan adalah alasan utama melambungnya harga kelapa sawit pada 2019.

Sebagai informasi, harga telah melonjak ke level tertinggi dalam tiga tahun di tengah kekhawatiran pasar atas pasokan yang merosot karena produksi yang lebih rendah dan konsumsi bahan bakar nabati yang lebih tinggi di Indonesia dan Malaysia.

Sepanjang 2019, harga CPO berjangka di bursa Malaysia telah bergerak menguat sebesar 36,8 persen menjadi kenaikan terbesar dalam satu dekade dan berhasil menembus level 3.000 ringgit per ton.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (6/1/2020) hingga pukul 13.55 WIB, harga CPO untuk kontrak Maret 2020 di bursa Malaysia bergerak melemah 1,64 persen menjadi 3.065 ringgit per ton.

Analis memperkirakan rata-rata harga CPO Malaysia pada tahun ini berada di kisaran 2.600 ringgit per ton, tertinggi sejak 2017.

Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit melihat prospek positif untuk harga CPO sawit pada tahun ini karena penggunaan pupuk yang rendah pada paruh pertama 2019, cuaca kering, dan penurunan penanaman di daerah baru sehingga menghambat produksi.

Di sisi lain, menurut data surveyor kargo SGS Malaysia Sdn, pengiriman CPO Malaysia ke India, konsumen terbesar Malaysia, menyusut 34% pada Desember, sedangkan ekspor ke China dan Eropa masing-masing turun 35 persen dan 12 persen.

Sementara itu, Impor Malaysia kemungkinan naik menjadi sekitar 80.000 ton pada Desember 2019 dibandingkan dengan 74.684 ton pada bulan sebelumnya. Selain itu, perkiraan untuk konsumsi dalam negeri berkisar antara 270.000 ton hingga 310.000 ton. (*)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar