Penerapan B20, BI Yakin Bikin Defisit Transaksi Berjalan Susut

Sabtu, 04 Agustus 2018

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menilai pemerintah akan mendapatkan dua benefit atas penerapan B20 untuk kendaraan nonsubsidi. BI pun mendukung penuh rencana pemeintah yang bisa menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

"Jadi dengan program B20 ada dua benefitnya penggunaan bahan bakar biodiesel impor minyak kan lebih rendah jadi hemat, ekspor kelapa sawit juga naik,"ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo seperti dilansir dari Inews.id, Sabtu (4/8/2018) 

Sebelumnya, bank sentral memperkirakan CAD hingga akhir tahun ini bisa mencapai 25 miliar dolar AS meski masih di bawah 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Kebijakan B20 tidak hanya menahan laju impor, tapi juga mendongkrak ekspor.

Pemerintah menargetkan kebijakan ini bisa berlaku pada 1 September 2018. Untuk itu, Perry berharap kebijakan ini bisa berdampak secara langsung terhadap CAD tahun ini yang dipastikan lebih tinggi daripada tahun lalu sebesar 17,5 miliar dolar AS. Namun, dia belum mengetahui berapa sumbangan kebijakan tersebut terhadap penyusutan CAD.

"Nanti akan dilihat dalam beberapa bulan ke depan. Ini masih dan pembahasan seberapa besar penghematan mengenai impornya dan kemudian dorongan ekspor itu yang nanti akan dilihat. Yang jelas CAD akan turun," ucapnya.

Pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah itu juga mengapresiasi komitmen pemerintah untuk mengendalikan CAD. Pasalnya, CAD menjadi salah satu faktor mempengaruhi tingkat kepercayaan investor global untuk berinvestasi di Indonesia, sehingga pada akhirnya berpengaruh pada kurs rupiah.

"Kami mendukung penuh langkah positif dan menunjukkan bagaimana komitmen dan determinasi pemerintah dalam kendalikan CAD," ujarnya.

B20 merupakan bahan bakar jenis solar yang dicampur dengan minyak sawit sebanyak 20 persen. Kebijakan diperkirakan bisa menghemat devisa hingga 5,5 miliar dolar AS per tahun. Inews/Se