Gulat Manurung : Pupuk dan Pemupukan Sawit Pegang Peran Penting

Rabu, 04 April 2018

Konsep dan paradigma perkebunan kelapa sawit saat ini sudah beralih dari ekstensifikasi menjadi intensifikasi. Artinya, bagaimana meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit yang ada. Petani sawit harus beralih dari kuantitas ke kualitas. Sudah tidak zamannya lagi paradigma lama. Ini sesuai dengan arahan Bapak Presiden Jokowi di berbagai kesempatan, yaitu upaya mengoptimalkan produksi dari perkebunan kelapa sawit yang ada. Kelapa sawit telah menjadi komoditi andalan dan strategis Indonesia, namun berbagai permasalahan teknis dan klasik masih selalu dijumpai. Diantaranya adalah penggunaan bibit ilegitim, peremajaan (lahan non-produktif), pemupukan, efektivitas panen, serta permasalahan hama dan penyakit yang belum terselesaikan secara efektif. Menurut Gulat ME Manurung, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau, dari berbagai permasalahan teknis tersebut, permasalahan pupuk dan pemupukan memegang peranan penting. Itu karena dari total biaya produksi, 60-70% terserap untuk biaya pupuk dan pemupukan. Untuk itu sangat diperlukan kecermatan dan pengetahuan tentang aspek pupuk dan pemupukan. Suatu kemustahilan produksi meningkat jika tidak dipupuk, khususnya untuk tanaman kelapa sawit sebagai tanaman keras. Apalagi sawit sudah berumur di atas 4 tahun dapat dipastikan kemampuan tanah mensuply hara tanah sudah mendekati titik nol. Artinya, jika tanaman di atas umur 4 tahun tidak diasup dengan pupuk, maka tanaman sawit tersebut hanya bertahan hidup saja. Tidak sedikit petani sawit yang frustrasi karena biaya produksi tidak kunjung tertutupi dari hasil panen TBS. Ujung-ujungnya kebun sawitnya ditelantarkan. “Biasanya tipe petani seperti ini hanya ikut-ikutan saja menanam sawit,” kata Gulat. Menurut Gulat, produktivitas kelapa sawit aktual petani pada umumnya masih relatif rendah, yaitu 15-35%. Jauh di bawah produktivitas potensial, dan ini tentunya juga memerlukan dukungan riset, inovasi dan penerapan best practices. Inovasi kultur teknis terutama pemupukan yang efisien, berimbang dan efektif tentu selalu diperlukan untuk mencapai produktivitas potensial. Konsep pemupukan yang harus dipahami pelaku usahatani kelapa sawit adalah konsep 5-T (tepat dosis, tepat jenis, tepat waktu, tepat cara dan tepat kualitas). Efisiensi pemupukan akan meningkat sampai 75% jika menerapkan 5 Konsep Pemupukan ini. Kebanyakan petani sudahlah dosisnya tidak benar, jenis pupuknya tidak cocok, waktu pemupukan tidak pas, cara memupuk salah, dan kualitas pupuk tidak jelas, maka semakin runyamlah masa depan sawit petani. “Bagaimana pulak ceritanya jika sama sekali tidak memupuk. Ini adalah fakta di kalangan petani sawit swadaya,” tambah Gulat. Untuk tujuan itulah  DPW APKASINDO Riau selalu mencari terobosan meningkatkan produksi TBS sawit petani. Terobosan itu salah satunya adalah dengan menjalin kerjasama dengan Produsen Pupuk BUMN, yaitu PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR yang sering kita dengar dengan nama PUPUK KALTIM. lin