Burung Surga (49) : Nabi Khidzir Menolong Ulama Makrifat

Ahad, 01 April 2018

Suatu hari di waktu asar, Zaenab tiba-tiba keluar kamar dan mandi. Tak lama kemudian ia mulai berdandan dan merapikan diri. Dasar ayu, walaupun sudah beberapa hari kurang tidur dan kurang makan, dengan sedikit pupuran saja ayunya sudah memancar bagai embun diterpa mentari. Berpencar gemerlap bagai seribu cahaya. Apa pun baju, sinjang dan selendang yang dikenakan, membuat pemuda yang melihat sang ayu akan terpana. Kalau berjalan seperti burung dara terbang mengepakkan sayapnya yang kuning indah. Gerak lambaian tangannya bagai merak semampir. Zaenab seperti malas melangkah. Pelan keluar kamar, lalu menghampiri si Bayan pamitan hendak menemui raden menteri satria muda bagus rupa. Ia khawatir sang menteri menunggu-nunggu karena telah berjanji bersedia menemuinya. Kemarin ia tidak jadi berangkan karena keburu pagi akibat asyik mendengar kisah panjang pencuri sakti dari Ki Bayan yang menarik hati. Bayan berkata agar Retno Zaenab segera berangkat. Burung pintar bercerita itu juga berpesan agar  saat tiba di kedaton sang ayu Zaenab hati-hati. Selalu ingat, bahwa tidak baik wong cilik duduk terlalu dekat dengan sang noto karena setan akan datang berseliweran. Dalil hadits sudah dinyatakan, jika dua orang pria-wanita duduk tanpa antara pasti akan datang keonaran. Siapa yang suka berkumpul dengan anak-anak akan bermain-main dolanan. Dan siapa yang suka bergaul dengan pandung akan ketularan menjadi bangsat. Walaupun tidak ikut maling, jika si maling tertangkap akan dikira komplotannya. Ki Bayan berkata lagi dengan suara pelan dan hati-hati kepada nyonyanya sang ayu Zaenab, bahwa berbuat jahat itu tidak seperti berbuat baik. Untuk bisa berbuat baik memerlukan pengetahuan. Bayan memohon sang ayu Zaenab mendengarkan tutur nasehatnya. Jika tidak, Ki Bayan khawatir nanti nyonyanya akan bernasib seperti kisah Syekh Sihabuddin. Seorang ulama yang sudah mencapai makrifat tinggi, ilmunya lipat tujuh di Kota Bagdad. Sang Syekh kena cobaan berat hanya karena dekat sang raja bernama Muktasim, meski akhirnya diselamatkan Nabi Khidir. Nyonya ayu Zaenab lalu diminta Ki Bayan agarsegera berangkat. Namun dasar Zaenab gampang tertarik barang baru, ia menyatakan ingin mendengar kisah Raja Muktasim dari Baghdad itu. Bayan pun diminta menceritakan kisah Syekh Syihabudin dan Sang Noto Muktasim. Bayan keberatan. Dia khawatir bisa menyebabkan nyonya Zaenab kesiangan lagi. Bayan takut akan dihukum seperti laku orang sekarang. Pitutur dibentur dan penata dihantam bara. Tapi Sang ayu Zaenab memaksa Bayan mengisahkan cerita raja Bagdad. Asal tidak lewat jam delapan malam ia tidak akan marah. (jss/bersambung)