Serat Suluk Gatolotjo (14) : Dukun Cabul Cari Lendir Kemaluan

Sabtu, 15 September 2018 | 20:17:44 WIB

Yang kedua ‘sakralitas vagina’ untuk kepentingan mistik adalah ovum, cairan perempuan. Untuk mendapatkan ‘air kemesraan’ ini gampang tapi susah.

Sebab cairan yang tidak diproduksi ‘secara normal’ itu tidak boleh berasal dari istri sah. Cairan yang hanya keluar ketika perempuan sedang terangsang itu harus diambil dari ‘sumber’ lain.

Untuk kepentingan itu, maka banyak dukun atau seseorang berpura-pura menjadi dukun. Dia melakukan rayuan pada pasien perempuan. Di antara yang tertangkap basah, spiritualis itu acap dicap sebagai dukun cabul.

Cairan perempuan ini biasa dipakai untuk menjalankan guna-guna, terutama syarat pelet. Namun ovum itu pula yang umum dipakai sebagai penetral pelet.

Untuk pengguna pelet dengan media ovum terbanyak dipraktekkan ledek, tandak, atau waranggono. Pelet seperti ini ‘dimasukkan’ ketika melakukan kencan panas.

Saat sang perempuan mendekati klimaks, mantra pelet dibaca dalam hati. Setelah itu cairan ovum yang bercampur sperma dioleskan ke bagian tubuh tertentu lelaki yang mengencaninya.

Sejauh dari pengalaman yang ‘tersaksikan’, pelet jenis ini amat ampuh. Hanya berselang tiga hari setelah pelet itu ‘diamalkan’, lelaki yang disasar akan mengalami perubahan yang sangat merisaukan hatinya. Dia merasa kehilangan harga diri dan tidak berkemampuan.

Pelet dengan media ovum memang sangat jahat. Laki-laki yang terkena pelet ini akan lupa segalanya. Keluarga dan anak-anak akan ditinggalkan. Dan siapa saja yang berusaha mengingatkan dianggap lawan.

Itu karena pelet jenis ini biasa mematikan kejantanan laki-laki. Pria yang terkena tidak punya kemampuan berhubungan intim dengan perempuan lain selain dengan perempuan yang memeletnya.

Saat lelaki yang terkena ‘pelet ovum’ kelimpungan, maka wanita pemeletnya tahu apa yang harus dilakukan. Wanita itu akan ‘memberinya’ kasih sayang yang berlebihan. Menyayanginya lebih dari biasanya. Dan memuasinya di ranjang sehingga membangkitkan kembali harga dirinya sebagai laki-laki perkasa yang sempat ‘hilang’. (bersambung/Djoko Su’ud Sukahar)

Halaman :

Terkini