Pertemuan Eyang Ratih dengan Wagini adalah anugerah. Pertemuan ini bukan sebuah kebetulan. Tapi merupakan sebuah usaha dari wanita bertubuh subur ini yang rutin melakukan pencarian di tempat-tempat keramat di daerah pedalaman. Tapi bagaimana misteri dari penemuan itu?
Setelah bertemu Wagini, Eyang Ratih kembali pulang ke rumahnya. Saat sudah di kota, wanita yang akrab dengan wartawan itu menceritakan pengalaman mistiknya. Malah ia mengundang mereka untuk membuktikan kebenaran ceritanya. Itu bila para wartawan itu mau.
Ternyata tantangan Eyang Ratih itu disambut baik. Bersama rombongan wartawan, Eyang Ratih kembali lagi ke desa Wagini. Selain untuk membuktikan kebenaran cerita Eyang Ratih, para wartawan itu juga ingin melihat bagaimana keanehan laki-laki anak gendruwo itu.
Saat melihat sosok Wagini yang aneh, para wartawan itu langsung menghampirinya. Ia mengabadikan anak gendruwo itu. Tapi apa yang terjadi?
Ketika rombongan ini pulang, mobil yang dikendarai para wartawan itu ada yang mencegat. Laki-laki itu tak layak disebut manusia. Sebab tubuhnya sangat besar, tinggi, berkulit hitam dan berbulu. Makhluk itu tidak memberi kesempatan rombongan ini pulang.
Dan yang menakutkan, sorot mata makhluk itu tajam menghunjam pada manusia yang ada dalam mobil. Mata itu berapi-api. Ia terkesan sangat marah. Dan ketika mata itu melotot, maka secara tak terduga, tiba-tiba kaca depan mobil itu langsung pecah berantakan. Para wartawan ketakutan, termasuk Eyang Ratih.
Akhirnya wanita ini memejamkan mata. Ia menyatukan rasa dan berusaha melakukan kontak batin dengan makhluk halus yang sedang marah itu.
Hasilnya luar biasa. Makhluk itu tiba-tiba terdiam. Sorot matanya meredup. Tangannya yang semula seperti hendak membanting sesuatu mulai diturunkan. Tak lama kemudian, sosoknya hilang begitu saja.
Menurut Eyang Ratih, itu adalah sosok asli gendruwo yang merupakan ayah Wagini. Makhluk halus itu salah pengertian. Puluhan blitz kamera wartawan yang tak henti mengabadikan Wagini, ternyata dianggap sebagai penyiksaan terhadap anaknya.
"Dalam dialog batin saya dengan bapak Wagini itu, Sang Bapak bertanya, kenapa anaknya yang masih bayi itu diganggu dengan dihujani sinar. Ia tak mau Wagini diganggu," kata Eyang Ratih. (Djoko Suud Sukahar/bersambung)