Integrasi Sawit dan Sorgum Jadi Tambahan Pendapatan untuk Petani

Kamis, 26 November 2020 | 14:45:44 WIB

JAKARTA – Penanaman sorgum sebagai tanaman sela pada peremajaan sawit rakyat (PSR) berpotensi menunjang ketahanan pangan bagi petaninya.

Tak hanya bernilai ekonomis, sorgum juga memberikan mafaat bagi tanaman sawitnya, karena sorgum memiliki kandungan

Fungi mikoriza arbuscular (FMA) yang dikenal sebagai makanan bagi tricoderma atau musuh alami ganoderma yang merusak tanaman sawit.

“Hal ini diyakini dapat menguntungkan petani sawit yang memanfaatkan sorgum sebagai tanaman sela semusim tanpa menggangu tanaman induknya,” ungkap Direktur Utama Pinang Group Kacuk Sumarto.

“Kesesuaian tanaman sangat penting agar tidak saling mengganggu.”

“Melalui integrasi sawit-sorgum pada peremajaan sawit baik di lahan rakyat maupun perusahaan, diyakini dapat berkontribusi pada ketahanan dan kemandirian pangan nasional, karena setidaknya akan tersedia potensi lahan bisa ditanami seluas 650.000 hektare per tahun.”

“Dengan demikian tidak perlu membuka lahan baru untuk membangun food estate,” kata Kacuk Sumarto pada panen sorgum dan jagung sebagai tanaman sela peremajaan sawit di Kebun Mendaris, Paya Pinang Group, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (22/11/2020).

Sejak tahun 2019, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (GAPKI) Cabang Sumatera Utara bekerja sama dengan Paya Pinang Group dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah mengembangkan integrasi ini, di beberapa kebun dalam lingkungan Paya Pinang Group.

Diah Y Suriadiredja dari Yayasan Kehati sangat mengappresiasi program ini sebagai bagian dari upaya konservasi lahan.

Dia mengungkapkan dengan memperhatikan unsur kekayaan hara, tidak sejengkalpun lahan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produksi.

Perlakuan Standar Budi Daya

Dalam upaya intercropping atau penanaman sela tanaman, sangat penting untuk memperhatikan perlakuan standar budi daya, terutama pada aspek pemupukan sehingga kebutuhan hara masing-masing tanaman dapat terpenuhi dengan seimbang.

Selain itu, jarak antar tanaman juga penting untuk memastikan kedua tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup.

Acara ini dihadiri oleh berbagai pihak diantaranya Deputi II Kemenko Pereknomian Dr. Ir. Musdalifah Mahmud, MT, Sekretaris Daerah Propinsi Sumatera Utara Dr. Ir. R. Sabrina, MSi, Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Ir. Fitrian Ardiansyah, Yayasan Kehati Ir. Diah Y Suriadiredja, GAPKI Cabang Sumatera Utara Timbas Prasad Ginting serta pakar dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Dr. Ir. Agus Susanto.

“Saya sangat mendukung upaya penanaman tanaman sela sorgum dan jagung, atau apa saja yang bisa memberikan manfaat ekonomi bagi petani pada saat replanting dan tidak mengganggu tanaman induknya.”

“Dalam skala besar, ini dapat mendukung ketahanan dan kemandirian pangan nasional,” ungkap Musdalifah Mahmud.

Disamping acara panen sorgum dan jagung, juga dilakukan penanaman perdana sawit pada program peremajaan sawit rakyat (PSR) yang mendapatkan pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Acara ini dilakukan di perkebunan rakyat di Desa Cinta Baik, Kecamatan laut Tador, Kabupaten Batubara, untuk dua kelompok tani (Poktan) mitra Paya Pinang Group yaitu: Poktan Kandangan dan Poktan Mandiri, yang diikuti bersamaan dengan dimulainya proses untuk 6 (enam) Poktan dari Kabupaten Serdang Bedagai, yang semuanya adalah juga mitra PSR dari Paya Pinang Group, dengan total luas mendekati 700 Hektar. Pada acara ini juga dihadiri oleh Bupati Batubara Ir. H. Zahir, M.AP.

Pada acara ini, juga dilakukan penyerahan benih sorgum dan benih jagung untuk tanaman sela, termasuk penyerahan pakan ternak dari bahan batang sorgum, sebagai symbol dicanangkannya integrasi Sawit-Sorgum-Sapi (3S).(lin)

Halaman :

Terkini