Ekonomi

Rapor Merah Emiten-emiten Sawit Kuartal I/2019  

JAKARTA-Perang dagang Amerika Serikat(AS)-China yang tak memperlihatkan titik temu perdamaian hingga tekanan terhadap pasar sawit Indonesia sepanjang Kuartal I-2019, telah membuat industri sawit berada di bawah garis merah. 

Rapor merah laporan keuangan emiten-emiten sawit, terlihat laba/rugi bersih dari hampir seluruh emiten sawit pada kuartal I-2019 tercatat lebih buruk dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).

Paling parah terjadi pada PT Provident Agro Tbk (PALM), dimana perusahaan tercatat membukukan rugi bersih sebesar Rp 19,4 miliar. Padahal di kuartal I-2018, perseroan masih bisa membukukan laba bersih sebesar Rp 1,5 miliar. Artinya pertumbuhan rugi bersihnya mencapai 1.393%.

Sama halnya dengan PT Eagle Plantation Tbk (BWPT), dimana rugi bersih perusahaan membengkak 192,7% YoY menjadi Rp 223,6 miliar di kuartal I-2019. Tahun sebelumnya, rugi bersih BWPT hanya sebesar Rp 76,4 miliar.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sebagai salah satu emiten sawit terbesar pun tidak kuasa melawan aura suram bisnis sawit. Laba AALI di kuartal I-2019 anjlok 97,3% YoY hingga tinggal Rp 9 miliar saja. Padahal tahun sebelumnya AAL bisa membukukan laba bersih hingga Rp 335,5 miliar.

Akan tetapi kali ini PT Sinar Mas Agro Resource and Technology (SMAR) berhasil meningkatkan laba bersih. Tak tanggung-tanggung, laba bersih SMAR melonjak hingga 458,5% YoY menjadi Rp 447,9 miliar.

Penyebabnya adalah peningkatan penjualan sebesar 11,03% YoY yang diikuti oleh peningkatan beban pokok penjualan yang lebih kecil, yaitu hanya 10,71% YoY. Seakan harga CPO yang amblas tidak berpengaruh terhadap kinerja penjualan SMAR. Bahkan marjin laba kotor (gross profit margin/GPM) SMAR bisa dipertahankan di level 11% di saat GPM perusahaan sejenis berguguran.

Selain itu, SMAR juga mendapat keuntungan dari selisih kurs sebesar Rp 195,2 miliar di kuartal I-2019. Berbaik 180 derajat dai kuartal I-2018 tercatat rugi Rp 151 miliar pada pos yang sama.

Ditinjau dari marjin laba bersih (net profit margin/NPM), sebagian besar emiten sawit juga mendapat rapor merah.

Penurunan NPM paling dalam menimpa PALM, yaitu mencapai 40,8 persen poin pada kuartal I-2019 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi lagi-lagi, SMAR bisa mendongkrak NPM sebesar 4,2 persen poin menjadi 5,1% di kuartal I-2019.

Secara umum, memang harga CPO yang melemah menjadi dalang dibalik laba emiten yang berguguran.

Berdasarkan data Refinitiv, rata-rata harga CPO berjangka di bursa Malaysia Derivatives Exchange pada kuartal I-2019 hanya sebesar MYR 2.195/ton atau melemah 11,8% YoY.(rdh/net) 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar