Lingkungan

Gulat Manurung:  Eropa tak Tahu Soal Sawit, Mereka Buat Aturan Suka-suka.

Ketua Apkasindo Provinsi Riau, Gulat Medali Emas Manurung

JAKARTA-pengumuman Komisi Uni Eropa (UE)  yang memutuskan bahwa minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) adalah produk tidak ramah lingkungan dalam skema Renewable Energy Directive (RED) II. Dikatakan Ketua Asosiasiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Provinsi Riau seperti bermain bola namun gawangnya dipindah-pindahkan. 

"Ketika kita sudah mengikuti aturan main Eropa dan tinggal menendang bola ke gawang, saat itu pula gawangnya dipindah. Demikian seterusnya, dan mereka memunculkan aturan baru," ujar Gulat kepada SawitPlus.co, Sabtu, 16 Maret 2019.

Aturan-aturan seperti inilah yang dikatakan Menteri Perindustrian Utama Malaysia, Teresa Kok, sebagai aturan proteksionisme. 

"Mereka membuat, seperti untuk biofuel dan minyak sawit. Sama sekali tidak berdasarkan pada ilmu biofuel atau ilmu tentang deforestasi. Namun hanya berdasarkan ilmu proteksionisme," ujar Menteri Teresa, dalam rilisnya. 

Dikatakan Teresa, Keputusan Komisi Eropa untuk menghapus minyak kelapa sawit sebagai biofuel di Eropa dengan dasar bahwa minyak kelapa sawit menyebabkan deforestasi sama sekali tanpa dasar. Langkah ini juga mencerminkan UE ketidaktulusan dalam mengimplementasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang Berkelanjutan Tujuan Pembangunan (SDGs)
 
Ditambahkan Gulat, penelitian yang menyebutkan sawit bukan pelaku utama deforestasi, adalah dengan melihat siklus tumbuhnya. 

"Penelitian menunjukkan bahwa minyak sawit bukan merupakan pelaku utama deforestasi, tapi justru oleh tanaman kedelai, biji bunga matahari dan kacang-kacangan yang sentra produksinya ada di negara eropa sebagai saingan utama CPO. Tumbuhan tersebut hanya punya satu siklus tanam per 90 hari sampai 110 hari, sehingga dalam satu tahun bisa sampai 3 siklus tanam, sementara kelapa sawit 1 siklus yaitu 25 tahun, dari siklus ini jelas bahwa sawit jauh lebih ramah lingkungan. 

Untuk memenuhi permintaan Eropa bahkan Malaysia dan Indonesia telah mendeklarasikan moratorium perluasan perkebunan kelapa sawit, tapi tetap saja Eropa mengeluarkan  kebijakan yang merugikan Indonesia sebagai Produsen CPO terbesar di Dunia.

"Hal ini dikuatkan oleh berbagai hasil penelitian bahwa kelapa sawit telah berhasil mengurangi angka kemiskinan dan memunculkan pusat-pusat ekonomi di desa yang dulunya tertinggal," ujar Gulat Manurung yang juga merupakan Auditor ISPO lebih lanjut (rdh).


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar